TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah per pertengahan Desember 2021 terdepresiasi sekitar 1,97 persen sejak Januari (year to date/ytd).
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Desember 2021 menjelaskan depresiasi tersebut lebih rendah dibandingkan penurunan mata uang sejumlah negara berkembang lain.
Misalnya saja India yang terdepresiasi 3,93 persen (ytd), Filipina 4,51 persen (ytd), dan Malaysia 4,94 persen (ytd).
"Nilai tukar rupiah terjaga didukung ketahanan sektor eksternal Indonesia dan langkah-langkah stabilisasi BI serta di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," kata Perry, Selasa (21/12/2021).
BI melaporkan mata uang garuda melemah terbatas 0,07 persen secara point to point dan 0,7 persen dibandingkan dengan level November 2021.
"Perkembangan nilai tukar rupiah ini disebabkan aliran modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik," urainya.
Menurutnya, ada penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, yang tercermin dari investasi portofolio. BI mencatat aliran modal asing bersih keluar sebesar 2,3 miliar dolar AS pada
periode Oktober hingga 14 Desember 2021.
Baca juga: Respon Direktur Utama Garuda Indonesia Terkait Potensi Delisting di BEI
Pihaknya bakal memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di
pasar.
Perry menekankan kondisi inflasi sedang menjadi fokus bank sentral, di mana Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat tetap rendah mendukung perekonomian RI.
"Inflasi diperkirakan berada di bawah batas kisaran sasarannya 2-4 persen pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran yang sama pada 2022," imbuhnya.
Bangkit Lawan Omicron
Analis Pasar Keuangan Ariston Tjendra menuturkan nilai tukar rupiah mulai bangkit di tengah meningkatnya penularan varian B.1.1.529 atau Omicron. Di perdagangan pasar spot, Selasa
(21/12/2021), posisi mata uang garuda Rp14.388 per dolar AS.
Baca juga: Bank DKI Kucurkan Kredit Rp 1,2 Triliun ke Pembangunan Jaya Ancol
Rupiah menguat 14 poin atau 0,1 persen dari perdagangan sebelumnya Rp14.402 per dolar AS.
"Kelihatannya kekhawatiran pasar terhadap Omicron sedikit mereda. Terlihat sentimen pasar terhadap aset berisiko membaik," ucap Ariston kepada Tribun Network.