Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, ekonomi syariah berpotensi menggenjot produk domestik bruto (PDB) nasional hingga Rp 80 triliun per tahun.
Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI Prijono mengatakan, untuk mencapai hal tersebut, ada tiga hal yang bisa dilakukan.
"Pertama, mendorong pertumbuhan ekspor produk halal. Selanjutnya, menarik investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI), dan terakhir adalah substitusi impor," ujarnya dalam webinar "Sharia Economic and Finance Outlook 2022: Making Indonesia as the Center of the World Sharia Economy”, ditulis Senin (27/12/2021).
Lebih rinci, Prijono menjelaskan, untuk meningkatkan ekspor produk halal, Indonesia harus mengutamakan hubungan perdagangan dan jasa bernilai tinggi.
Baca juga: Jumlah Penabung Haji di Bank Syariah Indonesia Tembus 4,3 Juta Nasabah
"Khususnya, hubungan dagang dan jasa dengan negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Sebab, ini pasarnya besar sekira 3,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari negara OKI dan non OKI," katanya.
Baca juga: 3 Keunggulan Menabung di Bank Syariah dan Rekomendasi Bank yang Tepat
Sementara itu, dia menambahkan, beberapa negara di dunia saat ini telah menjadikan ekonomi dan keuangan syariah sebagai tulang punggung perekonomian, bahkan termasuk negara dengan mayoritas penduduk bukan muslim.
"Sebut saja, misalnya ada Australia bisa menghasilkan daging halal. Kemudian di Brazil dengan unggasnya dan keuangan syariah di negara-negara Eropa, ini menunjukkan ekonomi syariah sudah mendapatkan tempat tidak hanya di negara-negara mayoritas berpenduduk muslim," pungkas Prijono.