TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA -- Meredanya kekhawatiran terhadap merebaknya Covid-19 varian Omicron dan adanya data mendorong penjualan ritel Amerika Serikat selera investor pada aset berisiko.
Imbasnya, harga emas kini tergelincir dari posisi tertinggi satu minggu dalam perdagangan tipis pada hari ini.
Selasa (28/12) pukul 11.00 WIB, harga emas spot turun 0,1% ke US$ 1.808,91 per ons troi, setelah mencapai tertinggi sejak 17 Desember pada hari Senin (27/12/2021).
Baca juga: Naik Rp 3.000, Harga Emas Antam Jadi Rp 934.000 per Gram, Berikut Daftar Harga Lengkapnya
Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Februari 2022 naik 0,1% ke US$ 1.810,00 per ons troi.
"Ada kurangnya partisipasi. Jadi, sedikit korelasi lintas pasar akan membuat pasar bergerak," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.
"Apa inti dari argumennya, dan mungkin membatasi momentum kenaikan emas, adalah suku bunga riil, yang bisa naik saat ekonomi pulih dari slip kecil yang mereka alami di Omicron," lanjut Innes.
Baca juga: Di Hadapan Keluarga Korban, Jenderal Dudung Minta Maaf: TNI AD Akan Tunduk kepada Supremasi Hukum
Bursa Asia naik, bergerak dalam slipstream dari rekor hari lain yang dicetak Wall Street di tengah angka ritel yang kuat. Sementara aset safe-haven seperti yen melemah karena para pedagang tetap menggunakan mata uang dan kelas aset yang lebih berisiko seperti ekuitas.
Selain itu, harga minyak mentah menguat karena ekspektasi varian Omicron hanya akan berdampak terbatas pada permintaan global.
Dolar AS, juga dipandang sebagai tempat berlindung yang aman, merosot di dekat ujung bawah kisaran perdagangan baru-baru ini terhadap sekeranjang mata uang lainnya.
Baca juga: Cadangan Emas Terbesar Kelima Seluruh Jagad, Berikut Sebarannya Dari Sabang Sampai Merauke
Hal ini mempertahankan daya tarik emas yang diperdagangkan dalam the greenback, bagi pemegang mata uang non-AS, dan membatasi pelemahan.
Imbal hasil Treasury tenor dua tahun, yang sangat sensitif terhadap ekspektasi suku bunga, melonjak ke level tertinggi dalam hampir 22 bulan di Tokyo, meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan, yang tidak membayar bunga.
Sementara itu, tingkat pengangguran Jepang naik menjadi 2,8% di bulan November, sementara ketersediaan pekerjaan sama dengan bulan sebelumnya, menurut data pemerintah. (Anna Suci Perwitasari)