Sementara itu dilihat dari laman profil perusahaan tercatat BEI, pada 11 Oktober saham Bukalapak masih bisa diperdagangkan seharga Rp 820 per lembarnya.
Baca juga: Dirut Mengundurkan Diri, Saham Bukalapak Ditutup Naik 5 Persen Lebih
Terbaru pada 4 Januari 2022, harga saham Bukalapak harga terendahnya berada pada level Rp 430 dan ditutup pada harga Rp 500 per lembarnya.
Terus merugi
Meskipun merugi, kondisi keuangan BUKA mulai membaik. Pada sembilan bulan pertama tahun 2021 ini, BUKA mampu mengurangi kerugian bersihnya menjadi Rp 1,1 triliun.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BUKA menanggung rugi hingga Rp 1,4 triliun. Dari segi topline, pendapatan sejak awal tahun hingga akhir September 2021 mampu bertumbuh 42 persen yoy menjadi Rp 1,3 triliun.
Dikutip dari Kontan, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, meskipun BUKA berhasil menekan kerugiannya, kerugian yang ditanggung saat ini terbilang masih besar.
Sehingga, ada anggapan peluang BUKA untuk bisa mencetak laba di kemudian hari akan cukup sulit.
Baca juga: Cara Ikut dan Beli Pelatihan Kartu Prakerja di Tokopedia, Bukalapak dan Pintaria
Apalagi persaingan di industri e-commerce sangatlah ketat, dan BUKA kalah pamor dibandingkan perusahaan market place lainnya, katakanlah seperti Shopee dan Tokopedia.
Secara gamblang, hal ini bisa dilihat dari jumlah pengguna atau hasil unduh (download) di Playstore.
Jumlah pengunduh aplikasi Bukalapak masih di angka 50 jutaan pengguna, sedangkan pesaingnya seperti Shopee dan Tokopedia sudah di angka 100 juta unduhan.
“Artinya Bukalapak ini sedikit kurang diminati,” sebut Sukarno seperti dilansir Kontan.co.id.
Jika dilihat secara teknikal, tren harga saham BUKA yang terus turun sebelum ada tanda atau sinyal reversal trend, maka penurunan saham bakal berlanjut.
Sukarno menyematkan rekomendasi wait and see untuk saham BUKA.
Untuk mengurangi penurunan lebih dalam lagi, Sukarno menyebut pelaku pasar bisa menjual (sell) saham BUKA yang sudah dipegang.