TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Urban farming, urban agriculture atau pertanian perkotaan merupakan satu pendekatan pertanian berupa pembudidayaan tanaman atau pemeliharaan hewan ternak yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang terbatas di daerah perkotaan.
Tujuan dilakukannya urban farming adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya di tingkat rumah tangga dan mendapatkan tambahan penghasilan.
Bersamaan dengan terjadinya pandemi Covid-19, praktik pertanian perkotaan seperti menemukan momentum untuk booming. Hal ini terlihat dari terjadinya terjadi peningkatan 5 kali lipat penjualan bibit hortikultura termasuk bibit sayuran selama hampir 2 tahun diberlakukannya pembatasan pergerakan dan aktivitas (Kementerian Pertanian RI, 2021). Di sisi lain pertanian perkotaan juga telah menjadi tren gaya hidup kaum urban.
Baca juga: Petani Subang Diyakini Bakal Lebih Sejahtera Jika Serius Manfaatkan Teknologi
Melihat semakin tingginya animo masyarakat urban dalam memraktikkan pertanian perkotaan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyelenggarakan perkuliaan Urban Farming melalui skema hibah Kegiatan Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada periode Agustus – Oktober 2021 dalam 16 sesi pertemuan.
Dalam pelaksanaanya, KMMI Urban Farming dikelola oleh tim Prodi Gizi FKM UI (Wahyu Kurnia Yusrin Putra, Dr. Asih Setiarini, Dr. Diah M Utari, Dr. Trini Sudiarti, Nurul Dina Rahmawati dan Latifah) bekerjasama dengan PT. East West Seed Indonesia (Ewindo) yang merupakan perusahaan benih sayuran terpadu pertama di Indonesia.
Para praktisi PT. Ewindo yang telah berpengalaman di bidang pemuliaan tanaman, perbenihan dan expert dalam implementasi teknik pertanian konvensional maupun modern juga menjadi bagian dari tim pengajar KMMI Urban Farming.
Peserta KMMI Urban Farming tersebar menurut wilayah Indonesia (Barat, Tengah, Timur), jenis institusi pendidikan tinggi (negeri dan swasta) serta program studi. Berdasarkan proses seleksi yang dilakukan terpilih 400 mahasiswa dari 115 Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta dan 53 latar belakang program studi (kesehatan, pertanian dan non-kesehatan & pertanian).
Walaupun perkuliahan diselenggarakan secara daring penuh, namun pendekatan yang dilakukan tetap mengedepankan pengalaman langsung dalam mengimplementasikan teknik pertanian perkotaan.
Para peserta dibekali bibit sayuran (sawi, cabai dan kangkung) dari PT Ewindo untuk ditanam menggunakan berbagai teknik (konvensional, vertikultur maupun hidroponik). Selama proses penanaman & pemeliharaan, para peserta mendapatkan bimbingan langsung dari tim PT Ewindo.
Baca juga: Bertani Itu Hebat, Menjadi Petani Itu Keren
Di samping pengalaman menanam, para peserta juga dibekali materi tentang ketahanan pangan, pemenuhan gizi keluarga serta praktik kreasi menu berbasis sayuran hasil panen yang dibawakan oleh tim Prodi Gizi FKM UI.
Perpaduan antara praktik menanam, pemanfaatan hasil panen untuk pemenuhan gizi keluarga serta analisis potensi bisnis dari pertanian perkotaan menjadi keunggulan dari KMMI Urban Farming FKM UI.
Hal ini membuat para peserta memiliki wawasan yang lebih komprehensif terkait pertanian perkotaan, tidak hanya sekedar untuk mengikuti tren melainkan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan asupan di tingkat keluarga dan dikembangkan menjadi wirausaha yang mendatangkan pemasukan.
Seperti yang disampaikan dalam testimoni salah seorang peserta, Lukman Hakim, Prodi Agribisnis, Universitas Wahid Hasyim Semarang. “Melalui KMMI Urban Farming saya mendapatkan pandangan baru terkait menanam bukan hanya menumbuhkan tanaman tapi juga untuk menjaga kehidupan. Menjaga kehidupan dapat dilihat dari aspek pemenuhan gizi dariapa yang kita tanam dan kita olah," kata Lukman dikutip, Senin (10/1/2022).
Atau yang disampaikan oleh Yazmin Chairunnisa, Prodi Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia. Melalui KMMI Urban Farming dirinya menjadi tahu bahwa urban farming tidak hanya dijadikan sebagai hobi melainkan dapat dijadikan sebagai bisnis profesional.
Pada akhir kegiatan, sebagian besar peserta berhasil memanen sayuran yang mereka tanam sendiri selama perkuliahan KMMI Urban Farming. Para peserta juga mengatakan mendapatkan pengalaman berharga, dari yang awalnya ragu kemudian beralih menjadi bersemangat saat memraktikkan pertanian perkotaan di rumahnya masing-masing. Ada perasaan antusias menunggu hasil panen.
Baca juga: Menko Airlangga: Smart Farming Meningkatkan Produktivitas Petani Milenial
Sebagian peserta juga telah memiliki rencana jangka panjang untuk menyebarluaskan keterampilan pertanian perkotaan yang telah mereka kuasai seperti yang disampaikan oleh Wulandari (Prodi Akuntansi, UHAMKA). "Belajar ilmu yang sejurusan itu biasa saja, tapi belajar hal baru itu menyenangkan apalagi bisa dijadikan contoh dan dibagikan ke masyarakat sekitar," ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi atas antusiasme dan partisipasi aktif para peserta, Prodi Gizi FKM UI merangkum cerita pengalaman dari setiap peserta ke dalam buku Bunga Rampai Urban Farming yang terdiri atas 10 seri.
Alumni KMMI Urban Farming FKM UI juga disiapkan untuk menjadi komunitas pertanian perkotaan yang akan dilaunching tahun depan bersamaan dengan perayaan Hari Gizi Nasional. Harapannya komunitas ini akan terus meluas dan mencetak petani serta wirausahawan milenal baru yang memanfaatkan hasil pertanian perkotaan.