News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Analis: Perlambatan Ekonomi China Tidak Bisa Lagi Dipandang Sebelah Mata

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

penukaran uang dolar rupiah renmibi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, konsumsi akan tetap menjadi indikator pelemahan yang mungkin bisa dikatakan cukup menyedihkan bagi China.

Sebab, daya beli diharapakan sebagai upaya mendorong pertumbuhan Negeri Tirai Bambu, setelah menurunnya angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2021 menjadi 4 persen dari kuartal sebelumnya 4,9 persen.

Baca juga: Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi, UMKM Harus Diberdayakan

"Pada akhirnya, pemerintah China harus mengakui data perekonomian yang ada di atas kertas, di mana penurunan dan perlambatan perekonomian China sudah tidak bisa lagi dipandang sebelah mata," ujar dia melalui risetnya, Selasa (18/1/2022).

Nico menjelaskan, produksi industri yang mengalami penurunan bersama dengan penjualan ritel juga membuat China semakin khawatir, apakah perlambatan ini akan terus berlanjut atau tidak.

Lalu ketika China semakin khawatir, Bank Sentral China pada akhirnya kembali memangkas tingkat suku bunga utamanya untuk pertama kali dalam kurun waktu hampir 2 tahun.

Baca juga: SDM Unggul Bekal Indonesia Bersaing dalam Ekonomi Digital dan Ekonomi Hijau

Hal tersebut untuk membantu meningkatkan perekonomian yang kehilangan momentum karena menurunnya sektor properti dan Covid-19 yang mengalami kenaikkan.

"Pemangkasan tingkat suku bunga China merupakan bagian dari sebuah usaha, daya, untuk dapat mendorong pertumbuhan di tengah tahun transisi kepemimpinan sepanjang masa Presiden Xi Jinping," kata Nico.

Namun menurutnya yang terpenting adalah, hal tersebut dilakukan oleh China untuk dapat melawan peningkatan kasus Covid-19 versi Omicron dan penurunan di sektor properti yang terus berlanjut.

"Di mana penurunan tersebut mengurangi investasi di sektor perumahan. Penjualan perumahan tetap rendah pada bulan Desember, serta belanja konsumen juga masih melambat secara cepat karena pemerintah tengah melakukan pembatasan untuk mengontrol virus," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini