Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan saham konstruksi pada tahun ini diprediksi kembali menguat seiring banyaknya sentimen positif.
Analis PT Kanaka Hita Solvera William Wibowo mengatakan, pada awal tahun sektor konstruksi memiliki peluang baik untuk pulih setelah tertekan pandemi Covid-19 yang mulai terjadi pada Maret 2020.
"Pemerintah melalui pemberian relaksasi izin berusaha berbasis risiko, dilaksanakannya tender proyek infrastruktur sebesar Rp 20 triliun tentunya membawa angin segar untuk comebacknya saham-saham konstruksi di kuartal I 2022," ucap William saat dihubungi, Selasa (1/2/2022).
Baca juga: Investor Asing Buru Saham BNI, Mandiri dan XL, IHSG Naik 0,52 Persen ke 6.645 di Akhir Pekan
Secara teknikal, kata William, pergerakan saham sektor konstruksi sudah mulai menunjukkan adanya potensi pembalikkan tren ke arah yang positif.
Hal tetsebut terlihat dari mulai lemahnya tekanan jual dan adanya sinyal bullish divergence atau pola yang terjadi ketika harga jatuh ke posisi terendah yang lebih rendah pada beberapa indikator.
"Dengan demikian sektor konstruksi kami perkirakan mulai memasuki fase akumulasinya," ucapnya.
Menurut William, adanya proyek Ibu Kota Negara baru dan kelanjutan proyek-proyek transportasi pemerintah, seperti penuntasan jalur kereta api Trans Sulawesi juga membawa optimisme investor di sektor konstruksi.
"Hal-hal ini bisa meningkatkan demand kontrak proyek yang akan dikerjakan oleh emiten konstruksi. Tentunya peningkatan kinerja dari setiap emiten tetap menjadi faktor kunci untuk mendorong pemulihan yang signifikan," paparnya.
Namun, William menyebut adanya rencana peningkatan suku bunga bank di awal semester II 2022 untuk menanggapi kenaikan suku bunga The Fed, bisa mempengaruhi pemulihan sektor konstruksi.
Apalagi, sebagian besar emiten konstruksi mendapatkan pembiayaan dari obligasi, sehingga kenaikan suku bunga dapat menurunkan harga obligasi.
Baca juga: Axiata dan XL Akuisisi 66,03 Persen Saham Link Net Senilai Rp 8,72 Triliun
"Hal ini juga perlu diantisipasi, karena kinerja emiten juga bisa terpengaruh oleh turunnya obligasi yang diterbitkannya," paparnya.
Terkait munculnya virus Covid-19 varian omicron, William menilai jika pemerintah dapat mengendalikan wabah tersebut, maka tidak akan menghambat proyek infrastruktur yang telah dicanangkan.
"Terkendalinya wabah Covid-19 dan varian omicron menjadi faktor penting yang harus tetap terjaga dengan baik untuk mendukung pemulihan kinerja. Bila Covid-19 merebak kembali dan tidak diatasi dengan baik, progres pembangunan proyek yang ada bisa tertunda dan dapat menekan kinerja emiten-emiten tersebut," ujar William.