News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Target Bauran Co-Firing PLTU Paiton Hingga 50 Persen

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BAURAN BIOMASSA - Bongkar muat batu bara di PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton. Sejak tahun 2020, PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton telah melakukan komersialisasi bauran biomassa lewat program co-firing dengan memanfaatkan serbuk kayu. Di tahun 2022 ini, pihaknya tetap konsisten untuk bisa mencapai 5 persen. Dan kedepannya, bisa meningkatkan bauran biomassa program co-firing hingga 20 hingga 50 persen. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Komersialisasi bauran biomassa lewat program co-firing dengan memanfaatkan serbuk kayu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan (UP) Paiton telah digelar sejak 2020.

Plh General Manager PJB UP Paiton, Anggoro Hari mengatakan, pihaknya tetap konsisten untuk bisa mencapai 5 persen.

Dan ke depannya, bisa meningkatkan bauran biomassa program co-firing hingga 20 hingga 50 persen.

Dijelaskannya, penggunaan biomassa sebagai b

Baca juga: Perbankan Diminta Hentikan Pendanaan ke Perusahaan Miliki Bisnis Batubara dan PLTU

ahan bakar campuran dengan batubara sampai saat ini masih mencapai 0,42 persen.

"Namun secara bertahap, co-firing terus ditingkatkan pada November 2021 sebesar 3,6 persen, dan pada Desember 2021 sudah mencapai 4,4 persen," kata Anggoro, Jumat (4/2/2022) di Paiton, Probolinggo.

Memang saat ini baurannya masih hampir 5 persen, tetapi untuk percepatan, target bisa menguji menjadi 20 persen, bertahap menuju 30 persen hingga 50 persen bauran sehingga PLTU PJB UP Paiton akan jadi pionir co-firing.

Investasi yang dibutuhkan untuk co-firing dengan bauran hingga 20 persen dibutuhkan sekitar Rp 2 miliaran sebagai investasi conveyor yang lebih besar.

Baca juga: Soal Rencana Penghentian Operasional PLTU, Bagaimana Prospek Emiten Batubara?

Bahkan untuk bauran 50 persen dibutuhkan 2,5 kali lipat lagi investasinya.

Anggoro mengatakan upaya substitusi pencampuran batu bara dan biomassa ini memang masih memiliki tantangan besar.

Karena bahan baku biomassa yang melimpah di Indonesia tidak mudah digunakan begitu saja.

“Indonesia merupakan negara di khatulistiwa yang banyak hutan tropis dan banyak perusahaan bidang perkayuan yang memiliki bahan sisa dari perusahaan untuk dimanfaatkan sebagai biomassa.

Jadi biomassa yang digunakan selama ini bukan dari hutan tapi dari sisa proses perkayuan seperti sisa kayu gergaji,” beber Anggoro.

Baca juga: PLN Bantu Tingkatkan Produksi Pertanian di Sekitar PLTU Lontar

Saat ini pasokan biomassa dengan potensi alternatif masih berada di sekitar wilayah PJB PU Paiton di antaranya seperti Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang dan Pasuruan.

Sejumlah potensi biomassa yang bisa digunakan seperti sekam padi, cocopeat, wood chip, dan tanaman Kaliandra.

“Total penggunaan biomassa dari serbuk kayu saat ini mencapai 35.608,35 ton, dan dengan total green energy yang dibangkitkan yakni 35.986,684 MWh,” ungkap Anggoro.

Untuk memasok biomassa secara mandiri, PJB berencana untuk mengembangkan tanaman pohon Kaliandra yang pada tahap awal akan ditanam sebanyak 20.000 pohon di lahan kosong sekitar PLTU Paiton.

“Tahun lalu kami melakukan penanaman Kaliandra juga sebanyak 20.000, lalu penanaman di PLTA di Malang.

Jadi ketika proyek ini membuahkan hasil, maka 2 tahun lagi tanaman bisa dipanen untuk dijadikan biomassa,” bebernya.

Untuk memasok biomassa 1 unit PLTU di Paiton, setidaknya dibutuhkan sebesar 1,2 juta hektar lahan tanaman Kaliandra per tahunnya.

“Untuk memenuhi pasokan biomassa ini, kami perlu menjalin komunikasi dengan Perhutani karena yang punya lahan seluas itu mungkin Perhutani.

Sehingga ke depan akan terus dijembatani berapa harga kompetitif yang Perhutani memang bisa bergerak masuk ke PLTU,” jelas Anggoro.

Program co-firing atau penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial dalam PLTU batu bara ini merupakan salah satu upaya mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional hingga 23 persen pada 2025.

Co-firing PLTU juga merupakan bagian dari upaya PJB dalam mendukung isu strategis dan global untuk memenuhi Paris Agreement dan juga mendukung transformasi PLN pada pilar hijau.

Sejak go-live, co-firing PLU Paiton 1-2 telah berkontribusi terhadap pencapaian EBT sebanyak 7,4 MW tanpa belanja modal atau setara 16,14 juta kWh. (Sri Handi Lestari)

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Bauran Co-Firing PLTU Paiton Probolinggo Ditarget Bisa Mencapai 20 - 50 Persen

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini