TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dampak aksi demo menolak kebijakan truk kelebihan muatan dan berdimensi lebih atau over dimension-over load (ODOL) di berbagai daerah, telah memicu kenaikan harga beras.
Wakil Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia Billy Haryanto, menyampaikan, pada hari ini beras yang masuk ke Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur kurang dari 1.000 ton, sedangkan idealnya sehari 2.500 ton per hari.
Baca juga: Atasi Persoalan ODOL, Komisi V: Jangan Hanya Tindak Sopir ,tapi Pemerintah Harus Benahi Hulunya
Akibat dari kekurangan pasokan beras tersebut, kata Billy, harga jual beras menjadi meningkat.
"Saat ini harga beras naik di angka Rp 200 sampai Rp 300 per kilogram. Kebijakan ODOL ini lebih banyak mudaratnya, semua logistik bermasalah, bukan hanya beras," kata Billy, Rabu (23/2/2022).
Selain beras, Billy menyebut harga komoditas lain di Jakarta seperti cabai turut terkerek naik gara-gara kebijakan ODOL.
Baca juga: Pengusaha Minta Kebijakan Zero ODOL Ditunda hingga 2025
Oleh sebab itu, Billy pun meminta pemerintah meninjau kembali kebijakan tersebut agar alur logistik kembali normal.
"Ini kebijakan ekstrim, dampaknya juga cukup ekstrim," kata Billy.
Diketahui, sopir angkutan barang di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menggelar demo memprotes aturan Kementerian Perhubungan tentang muatan truk obesitas atau over dimension over loading (ODOL).
Adapun Kementerian berencana menerapkan kebijakan zero ODOl mulai 1 Januari 2023.
Sopir meminta pemerintah mengkaji ulang aturan larangan truk ODOL, karena dinailai merugikan perusahaan pengangkutan.