News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HIPMI Dukung Penerapan Ekonomi Sirkular karena Dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Bidang Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Lingkungan Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Robert Muda Hartawan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penerapan ekonomi sirkular diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah yang besar.

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa penerapan ekonomi sirkular akan menciptakan pertumbuhan ekonomi hingga 2,5 persen dari PDB.

Baca juga: Generasi Muda Diajak Peduli Isu Perubahan Iklim Lewat Penguatan Ekonomi Sirkular

Ketua Bidang Pertanian, Perikanan, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Robert Muda Hartawan mengatakan sangat setuju dengan penerapan Ekonomi sirkular ini karena nantinya akan mempertahankan dan memperpanjang nilai sebuah produk selama mungkin.

"Ekonomi sirkular ini akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk menjadi lebih hijau dan berkelanjutan, tetapi juga membawa manfaat langsung melalui penciptaan pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan. Saya yakin ekonomi sirkular ini bisa berdampak bagus untuk perekonomian Indonesia," Kata Robert pada Jumat (25/2/2022).

Adapun, berdasarkan kajian Bappenas, penerapan ekonomi sirkular dapat mengurangi limbah pada lima sektor prioritas tersebut sebesar 18 hingga 52 persen dibandingkan hanya dengan skenario business as usual pada 2030.

Baca juga: Pengertian Ekonomi Sirkular yang Hadir Lewat Toko Kelontong Nol Sampah

"Ekonomi sirkular akan menjadi masa depan ekonomi global dan perusahaan. Dengan konsep circular economy, sampah, termasuk makanan, bisa menjadi sumber daya baru. Apalagi kita tau, setengah dari sampah kota berasal dari sisa makanan," ujar Robert.

Robert juga menambahkan dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) dengan instalasi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) juga dinilainya bisa menjadi solusi dari dampak negatif karbon emisi. Pada 2018, sampah kota menyumbang 43 ribu ton CO2, atau setara dengan 34 persen emisi dari sektor persampahan.

"Untuk penerapan ekonomi sirkular ini, memang tidaklah mudah masih banyak tantangan dan permasalahan. Seperti menghadapi masalah yang sistemik, termasuk di antaranya sampah yang terdiri atas plastik, tekstil, dan makanan. Tetapi Indonesia Perlu mulai menerapkan dan mengkaji lebih serius untuk penerapan ekonomi sirkular ini," tutup Robert.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini