Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik Rusia Ukraina, dinilai dapat berdampak terhadap naiknya harga pangan, pupuk dan gandum di Indonesia.
Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna Gupta mengatakan, bahwa konflik Rusia dan Ukraina dapat berpengaruh besar pada harga pangan di Indonesia.
"Maka dari itu Indonesia harus segera mencari sumber gandum dan pupuk baru secepatnya untuk membatasi kenaikan harga pangan,” ujar Krisna, Minggu (27/2/2022).
Baca juga: Suplai Stok Makanan, Turki Kirimkan Bantuan untuk Warga Ukraina
Menurut data dari UN Comtrade menunjukkan, pada tahun 2020, Ukraina memasok sekitar 23,51 persen gandum Indonesia.
Tidak hanya Ukraina, Rusia pun memiliki hubungan perdagangan pangan yang cukup erat dengan Indonesia. Sebanyak 15,75 persen pupuk impor Indonesia datang dari Rusia.
Selain itu, kedua negara tersebht merupakan sumber dari 7,38 persen produk baja impor Indonesia. Sementara itu, Rusia membeli sekitar 5 persen produk minyak nabati dari Indonesia.
Menurut Krisna, Rusia adalah salah satu eksportir utama minyak bumi, gas alam, dan barang tambang dunia. Sementara Ukraina adalah salah satu eksportir utama gandum.
Di samping itu, sebagai penghasil gas alam dan potash Rusia juga merupakan produsen pupuk yang cukup besar.
Baca juga: Ikuti Langkah Facebook, YouTube Juga Blokir Iklan untuk Media Rusia
"Konflik antara keduanya, terutama setelah sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat ke Rusia, akan mengakibatkan terganggunya suplai bahan makanan dan energi," ujar Krisna.
Ia juga mengungkapkan, konflik global akan memberikan tantangan terhadap inflasi, terutama produk pangan dan energi.
"Indonesia harus memanfaatkan G20 untuk bersama-sama membangun rantai nilai yang lebih resilient atau tahan banting dan membatasi meluasnya dampak perang Rusia-Ukraina," kata Krisna.