Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengusaha warteg mengaku prihatin dengan kembali adanya kenaikan harga dan kelangkaan bahan sembako, yakni kali ini adalah gula pasir.
Ketua Koordinator Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan, pengusaha warteg terkena imbas kenaikan itu karena adanya kebutuhan untuk menu, di antaranya es teh manis.
"Kita tidak jual teh botol, dari es teh itu kita dapat keuntungan lumayan. Jadi, tidak bisa itu (hilangkan es teh manis)" ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Selasa (1/3/2022).
Baca juga: Pedagang Pasar Kopro Tagih Janji Jokowi Turunkan Harga Daging Sapi di Bawah Rp 100 Ribu
Mukroni menjelaskan, kebutuhan terhadap gula untuk operasional warteg cukup banyak hingga bisa mencapai 2 kilogram (kg) per hari.
"Kebutuhan gula itu banyak sekali mas, seharusnya bisa 2 kg gitu kan karena banyak orang minum es teh. Sekarang musim hujan mungkin banyak minum teh hangat, terkecuali kopi karena ada sachet," katanya.
Selain es teh manis, dia menambahkan, juga ada beberapa makanan dengan memakai bahan baku gula untuk penyedap rasa.
"Ada beberapa masakan juga butuh gula, misalnya sambal dikasih gula biar sedap. Gula dari sari tebu untuk penyedap rasa," pungkas Mukroni.
Baca juga: Setelah Tahu-Tempe dan Daging Sapi, Giliran Harga Gas Elpiji Nonsubsidi serta Ayam Potong yang Naik
Diberitakan sebelumnya, harga gula pasir kemasan maupun curah atau kiloan di pasar tradisional Palembang mengalami kenaikan naik Rp 500 per kilogram, stoknya pun tidak banyak.
Hal ini terpantau di Pasar Satelit Perumnas Sako, Selasa (1/3/2022) siang.
Pemilik toko sembako mengatakan masih ada persediaan gula pasir tapi sedikit.