Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perusahaan investasi dan keuangan Goldman Sachs menyatakan Amerika Serikat mengalami kemerosotan pertumbuhan ekonomi alias resesi hingga mencapai 35 persen di kuartal pertama tahun 2022.
Besaran resesi ekonomi AS tahun ini jauh lebih besar ketimbang tahun lalu yang hanya sekitar 10 persen.
Melansir dari NYP, adanya perlambatan ekonomi yang memicu resesi di AS kemungkinan besar dipicu oleh konflik panas antara Rusia dan Ukraina.
Terlebih, setelah Rusia membatasi peredaran impor di sejumlah komoditi utamanya seperti gas alam, uranium, minyak mentah hingga bahan pangan lainya.
Goldman Sachs menyebut, pembatasan impor membuat banyak negara di berbagai belahan dunia khususnya Eropa terancam mengalami kekurangan stok.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar global.
Baca juga: Ekonomi Rusia Diperkirakan Jatuh ke Jurang Resesi Akibat Perang
Meski AS tak sepenuhnya menggantungkan kegiatan ekspornya pada perusahaan Rusia, namun ketidakstabilan ekonomi global telah membuat Amerika ikut merasakan imbas ini.
"Kenaikan harga komoditas kemungkinan akan mengakibatkan hambatan pada pengeluaran konsumen, karena rumah tangga - dan rumah tangga berpenghasilan rendah pada khususnya - dipaksa untuk menghabiskan bagian pendapatan yang lebih besar untuk makanan dan gas," kata analis Goldman.
Baca juga: Gagal Bayar Utang Sudah di Depan Mata, AS Terancam Resesi, Janet Yellen: Waktunya 2 Pekan Lagi
Nantinya jika konflik panas Rusia dan Uraina makin berlanjut maka bisa dipastikan Amerika akan terus mengalami resesi hingga tahun depan.
Mengingat PDB selama kuartal pertama tahun fiskal 2022, hanya mencapai 1,75 persen, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2 persen.
Mengantisipasi makin bertambahnya resesi di AS, kini pemerintahan Joe Biden diketahui tengah berupaya mengoptimalkan produksi dalam negeri serta mengeluarkan kebijakan baru dengan menjalin kerjasama dengan negara supplier di beberapa komoditi pokok.
Meski tidak terlalu berdampak besar namun dengan cara ini pemerintah Amerika berharap segala upaya ini bisa sedikit membantu memulihkan kondisi ekonomi negara ditengah ketidakstabilan ekonomi global.