Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Meski kegiatan ilegal yang melibatkan mata uang crypto makin bertambah tiap tahunnya,Departemen Keuangan AS menyatakan uang fiat masih menjadi instrumen utama dalam kejahatan keuangan.
Hal ini disampaikan dalam laporan tiga tahunan yang dibuat Departemen Keuangan AS.
Laporan penilaian risiko pencucian uang nasional tersebut menyatakan penggunaan mata uang fiat dan jaringan tradisional masih menyumbang lebih banyak kasus kriminal daripada penggunaan mata uang digital seperti cryptocurrency.
“Penggunaan aset virtual untuk pencucian uang masih jauh di bawah mata uang fiat dan metode yang lebih tradisional,” kata perwakilan Departemen Keuangan yang dikutip dari situs Cryptopotato.
Dimana kasus pemalsuan uang kertas menjadi salah satu kejahatan yang kerap melibatkan uang fiat dalam instrument keuangan negara.
Baca juga: Perusahaan AS Ubah Limbah Batubara Jadi Sumber Daya Penambangan Kripto
Meski pemerintah pusat telah menjatuhkan hukuman berat bagi pelaku pemalsuan uang.
Namun tak membuat aksi kejahatan tersebut makin berkurang tiap tahunnya. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab mengapa Fiat menyumbang lebih banyak kasus kriminal.
Baca juga: Meningkatnya Adopsi Kripto Buat Australia Kepincut Legalkan Keberadaan Aset Digital
Hal tersebut juga sejalan dengan adanya penelitian yang di lakukan Chainalysis, dimana penggunaan crypto untuk kegiatan ilegal sepanjang tahun 2021 hanya sebesar 0,15, angka ini turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,37 persen.
Penurunan kasus tindak kegiatan ilegal yang melibatkan mata uang cryptocurrency, diperkirakan terjadi setelah banyak negara besar yang mulai meningkatkan kewaspadaannya dengan memperketat aturan peredaran aset digital.
Meski peredaran cryptocurrency akan jauh lebih sulit, namun dengan begini aksi kejahatan ilegal seperti misalnya pencucian dana, pembayaran untuk narkoba online, hingga serangan ransomware yang meminta tebusan cryptocurrency dapat di berantas.