Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan, ada kecenderungan terjadinya kelangkaan solar bersubsidi bersamaan dengan meroketnya harga minyak dunia.
Karena itu, penyaluran solar subsidi melalui PT Pertamina harus diawasi demi mencegah kenaikkan harga kebutuhan pokok akibat tersumbatnya distribusi.
"Pemerintah melalui BPH Migas harus mengawasi Pertamina dalam penyaluran Solar subsisdi agar kelangkaan dapat segera dihentikan dalam waktu dekat ini," ujar dia dalam keterangannya kepada Tribunnews.com, ditulis Senin (28/3/2022).
Selanjutnya, faktor kenaikan harga minyak dunia ini semakin menguatkan indikasi bahwa ada strategi Pertamina mengurangi pasokan untuk menekan kerugian akibat biaya produksi semakin membengkak.
Baca juga: Stok Langka di Berbagai Daerah, Pertamina Normalisasi Pasokan Solar Bersubdisi Sesuai Permintaan
Indikasi tersebut, kata Fahmy, semakin menguat dengan pernyataan yang mengimbau masyarakat untuk lebih hemat menggunakan Solar subsidi karena harga minyak dunia sekarang sangat mahal.
Baca juga: Perjuangan Nelayan di Gresik Demi Solar Subsidi, Antre dari Malam hingga Pagi di SPBU
"Kalau benar, strategi itu sesungguhnya amat sangat blunder. Pasalnya, pengguna solar subsidi selain nelayan, juga truk pengangkut barang untuk distribusi kebutuhan bahan-pokok," katanya.
Baca juga: Sopir Truk Kesulitan dapat Solar di Sejumlah SPBU Sukabumi, Ada yang Antre 7 Jam
Terhambatnya distribusi berpotensi makin menyulut kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok, yang sebelumnya sudah mengalami kenaikkan signifikan.
"Antrean minyak goreng belum mereda benar, antrean Solar subsidi kembali mengular di berbagai SPBU Jawa dan Luar Jawa," pungkas Fahmy.