TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk (IDX : BJBR) tetap mampu menjaga kinerja di tengah pandemi. Ditandai kenaikan aset, juga mampu menjaga rasio kredit macet di 1,24%. Bahkan, pertumbuhan bisnis di atas rata-rata industri.
Direktur Bank BJB Yuddy Renaldi menyampaikan, dengan capaian positif itu, Bank BJB menjadi kebanggaan para pemegang saham, antara lain Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, Kabupaten, yang ada di Jawa Barat dan Banten.
Fokus Bank BJB terhadap digitalisasi juga sudah berdampak positif, dimana layanan digital Bank BJB masuk 10 mobile banking terbaik nasional di atas aset Rp100 triliun, dan rangking pertama untuk kategori Bank Pembangunan Daerah.
Disampaikan Yuddy, Bank BJB merupakan bank yang tumbuh dengan basis pembiayaan di consumer segment, dimana consumer payroll menjadi andalan. Namun, kini juga semakin berkembang dimana segmen korporasi, komersial, terus tumbuh.
“Dari waktu ke waktu Bank BJB tumbuh menjadi bank resilience, kami tidak pernah turun dari sisi pencapaian di tengah pandemi,” ujar Yuddy, dalam Webinar yang digelar bersama Mandiri Sekuritas, Rabu sore (6/4/2022).
Bank BJB melakukan transformasi digital untuk meningkatkan kinerja, memperluas pasar, dan mengefisienkan bisnis. Di Bank BJB, ekosistemnya juga tersebar, berbagai pasar tradisional di Jawa Barat sudah menggunakan layanan digital bank bjb. Bahkan, Pasar Mayestik di Jakarta, hingga pusat grosir seperti ITC yang tersebar di daerah, Pasar Tanah Abang, sudah menggunakan QRIS yang terkoneksi dengan DigiCash.
Belum lagi, pengembangan ekosistem seperti wajib pajak, pengembangan UKM di Bali, pembentukan petani milenial, sehingga menjadikan Bank BJB yang memiliki layanan luas, tidak hanya di Jabar. “Market kita tidak hanya di Jawa Barat dan Banten, tapi sudah ada di 14 provinsi,” ujar Yuddy.
Bahkan, Bank BJB sudah ditunjuk Kemendagri untuk melakukan program digitalisasi nusantara di pedesaaan. Hal ini menjadi tonggak sejarah bagi Bank BJB, karena membuktikan digitalisasi diakui dipercaya berbagai pihak. Kontribusi program digitalisasi nusantara di pedesaan juga, akan berkontribusi meningkatkan literasi dan inklusi keuangan.
“Saat ini Bank BJB diminta untuk menjalankan program digitalisasi nusantara di pedesan seluruh Indonesia. Jangan diskreditkan pedesaan, uang itu berputar di desa, satu desa 1 miliar jadi bayangkan ribuan hingga puluhan ribu desa dana bergulirnya bisa triliunan,” ujar Yuddy.
Salah satu kunci pertumbuhan, karena dilakukan ekspansif namun selektif, berfokus pada bisnis tahan guncangan. Bahkan, manajemen juga sepakat, untuk terus mendorong kenaikan fee based income yang ditopang dari digital channel. Karena itu, setiap hari manajemen mendorong berbagai cabang untuk memperluas utilisasi DigiCash (QRIS).
Pembiayaan sektor korporasi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan Bank BJB. Pertumbuhan juga didukung komitmen Bank BJB dalam hal kepastian pembiayaan, dimana jika dokumen lengkap, maka dalam 25 hari diputus apakah akan diberikan pembiayaan atau tidak. Sehingga tidak berlama-lama.
“Itu komitmen manajemen dalam menjaga kepercayaan nasabah dan calon nasabah,” ujar Yuddy.
Bank BJB dalam waktu dekat akan meluncurkan super apps untuk mengakselerasi digitalisasi, mempercepat pelayanan, dimana akan ada fitur untuk pengajuan kredit. Akan ada juga smart mobile banking, yang menggabungkan fitur konvensional dan layanan bagi segmen milenial.
Hal itu dilakukan, sebagai salah satu persiapan dimana Bank BJB ingin menjadi akselerator daerah, apalagi akan ada rencana konsolidasi dan sinergi sejumlah bank pembangunan daerah di bawah Bank BJB.
Bank BJB pun memperkuat data center, arsitektur cloud, juga keamanan alias cyber security agar platform digital benar-benar aman dan nyaman digunakan nasabah yang sudah tersebar di 14 provinsi.
“Makanya kami persiapkan arsitektur yang bisa handle 10 juta active user di aplikasi, saat ini active user DigiCash sudah mencapai 3 juta,” ujar Yuddy.