TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah telah memberikan subsidi besar untuk dua jenis bahan bakar minyak (BBM), yaitu Solar dan Pertalite serta LPG kemasan 3 kg yang pemanfaatannya untuk konsumen masyarakat bawah.
Subsidi untuk BBM jenis Solar sebesar Rp 7.800 per liter dari harga beli masyarakat saat ini sebesar Rp 5.150 per liter, Pertalite mendapatkan subsidi sebesar Rp 4000-Rp 4.500 per liter dari harga yang diterima konsumen saat ini Rp 7.650 per liter.
Sedangkan LPG 3 kg mendapatkan subsidi sebesar Rp 11.250 per kg atau Rp 33.750 per tabung dari harga yang diterima konsumen saat ini hanya Rp20 ribuan per tabung. Di sisi lain, saat ini harga Pertalite tidak naik alias tetap Rp 7.650 per liter, meski harga minyak mentah dunia terus melonjak akibat konflik politik antara Rusia dengan Ukraina.
Baca juga: Kalau Harga Pertalite Naik Beban Masyarakat Bertambah, Oligarki Nikmati Durian Runtuh Hasil Ekspor
Kebijakan tidak menaikkan harga Pertalite untuk menjaga stabilitas ekonomi dan daya beli, karena masyarakat banyak menggunakan Pertalite.
“Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berperan dalam mengelola energi nasional sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM,” kata Fajriyah Usman, Vice President Corporate Communication Pertamina, belum lama ini dalam keterangannya.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, mengatakan harga jual Solar dan belakangan Pertalite yang menjadi BBM Penugasan serta LPG 3 Kg domain penentuan harga berada pada pemerintah.
Baca juga: UPDATE Harga Pertamax dan Pertalite Hari Ini, 8 April 2022 di SPBU Seluruh Indonesia
“Untuk Pertalite kemungkinan pertimbangan karena volumenya cukup besar jadi ada kehati-hatian dari Pemerintah untuk menaikkan harganya,” katanya, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/4).
Komaidi menegaskan harga jual Solar, Pertalite dan LPG 3kg yang disubsidi pemerintah masih di bawah harga keekonomian.
Harga keekonomian BBM pada tiap-tiap negara bisa berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan pada biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak BBM pada masing-masing negara.
Harga keekonomian BBM adalah harga jual BBM yang telah mengakomodasi semua variabel pembentuk harga. Adapun variabel pembentuk harga jual BBM adalah biaya bahan baku, biaya pengolahan, biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin usaha, dan pajak.
“Kenapa, misalnya, harga BBM di Malaysia lebih murah dibandingkan Indonesia, karena subsidi yang diberikan pemerintah terhadap warganya juga berbeda,” ujarnya.
Berdasarkan data, harga BBM di Indonesia termasuk sebagai salah satu yang termurah di Regional. Harga BBM Indonesia hanya tercatat lebih tinggi dibandingkan Malaysia karena pemerintah Malaysia memberlakukan kebijakan subsidi untuk BBM yang dijual di dalam negeri mereka.
“Untuk RON 95, Malaysia menetapkan Rp6.965 per liter, Indonesia setara Rp16.500.Lebih murah ketimbang Singapura Rp30.208, Thailand Rp19.767 per liter, Filipina Rp20.828 per liter, Vietnam Rp18.647 per liter, dan Kamboja Rp20.521 per liter,” katanya.
Harga BBM Indonesia menggunakan rujukan Permen ESDM No.20/2021 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Harga BBM RON 92 (Jenis BBM Umum) dihitung menggunakan formula biaya perolehan (bahan baku & pengolahan) + biaya distribusi + biaya penyimpanan + margin usaha + PPN + PBBKB.