Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Ketahanan pangan global kini berada diambang krisis usai pemerintah India secara resmi mengumumkan pelarangan kegiatan ekspor gandum, pada Jumat (13/5/2022).
Pelarangan ekspor imbas adanya gelombang panas yang berkelanjutan serta kenaikan suhu ekstrim di sejumlah wilayah India. Telah menjadi ancaman nyata bagi pertanian India, hingga menggagalkan semua aktivitas panen tahun ini.
Hal tersebut lantas membuat pemerintah India terpaksa memberlakukan larangan ekspor, khususnya pada komoditas gandum yang seharusnya dikirimkan sebanyak 10 juta ton pada tahun ini, larangan ini dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Baca juga: India Larang Ekspor Gandum, Harga Mi hingga Telor Diprediksi Bakal Melonjak
Tak lama dari rilisan larangan tersebut, kini harga gandum melonjak ke level tertinggi. Dimana harga gandum di India telah naik 320 dollar AS.
Peran gandum India menjadi penting lantaran Bangladesh merupakan eksportir komoditi gandum terbesar di dunia setelah Ukraina.
Menurut laporan dari Kementerian Perdagangan India sepanjang tahun 2021 lalu, India telah memasok sebanyak 54 persen atau 11,5 juta ton cadangan gandumnya pada perdagangan global.
Baca juga: Menteri Pertanian G7 Mengutuk Kebijakan Larangan Ekspor Gandum India
Bahkan berkat ekspornya ini pemerintah India sanggup mengantongi keuntungan mencapai 299,4 juta dolar AS per tahun, dilansir dari The Daily Star.
Selain menyumbang pasokan gandum, India diketahui juga menjadi salah satu eksportir penting dalam komoditi biji – bijian. Departemen Pertanian Amerika Serikat mencatat, India setidaknya memiliki sekitar 10 persen dari cadangan biji-bijian dunia.
Ada pun beberapa negara yang menjadi penerima pasokan gandum dan biji – bijian India dalam porsi besar seperti Malaysia, Qatar, Nepal, Uni Arab Emirat, Sri Lanka, Afghanistan, Indonesia, Oman, dan Yaman, dilansir New York Times.
Munculnya kebijakan baru yang dibuat India tak hanya membuat harga gandum dan biji – bijian melonjak, bahkan kebijakan tersebut dapat mengerek lonjakan pada bahan pangan lainnya seperti terigu, roti, sereal, serta bahan pangan pokok lainnya.
Hal tersebut tentunya makin memperparah kondisi pangan global terlebih saat ini kondisi ekspor komoditi gandum dan biji-bijian Ukraina tak lagi dapat beroperasi imbas adanya invasi.
Meningkatnya permintaan gandum dunia tanpa adanya peningkatan pasokan makin memperburuk kondisi perdagangan gandum dipasar global, sejumlah analis memprediksi jika pelarangan ekspor gandum India dilakukan dalam kurun waktu yang lama, maka dapat memperparah perkiraan kelaparan yang terjadi di seluruh dunia.
"Kami mengharapkan pembatasan ekspor hanya terjadi dua hingga tiga bulan," kata seorang dealer yang berbasis di Mumbai dengan sebuah perusahaan perdagangan global.
Lebih lanjut larangan ekspor juga bisa menjadi pukulan lebih lanjut bagi organisasi internasional yang bekerja untuk melawan ancaman kelaparan yang meluas. Kepala Program Pangan Dunia FAO, menyebut bahwa 47 juta orang di dunia dapat menjadi korban kelaparan karena adanya krisis serta kenaikan tajam harga pangan dunia.
Meski aturan larangan ekpos telah disahkan, namun Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan bahwa negara – negara memiliki letter of credit masih dapat menerima pasokan ekspor gandum India, dengan begitu mereka masih dapat memenuhi kebutuhan pangan warganya.