News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bisnis Udang, Makmurnya Rame-rame, Ini Tipsnya

Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Doni Monardo saat ikut panen di tambak udang

Kelima, kerjasama dengan masyarakat, utamanya dengan tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama di wilayah yang akan jadi kawasan tambak. Itu penting sekali.

“Menurut saya, agak aneh, tambak udang yang begitu luas nggak ada satpamnya. Kenapa? Itu karena kerjasama dengan masyarakat telah terjalin dengan sangat baik,” tegas Danjen Kopassus 2014 – 2015 itu. Doni menambahkan, bahwa kesuksesan bisnis disebuah tempat sangat tergantung dengan pelibatan masyarakat. Pentingnya comunity develepment.

Seperti Doni kemukakan di atas, dari 100 hektare tambak udang, berpotensi menghasilkan Rp 1 triliun per tahun. Bisa dipastikan, perekonomian masyarakat akan bergerak dan bertumbuh. Banyak orang pergi umrah. Banyak orang beli sepeda motor atau mobil. Banyak yang belanja kebutuhan sekunder.

“Jadi muncul kelakar, bila perlu kita saja yang buka dealer motor dan mobil, buka minimarket, dan buka jasa perjalanan haji dan umrah. Jadi uangnya balik lagi,” kata Doni sambil tertawa.

Adapun CSR perusahaan tambak udang ke depan, adalah bagaimana memperluas pasar, baik domestic maupun eksport. Harus dikampanyekan, bahwa protein hewan tidak saja dari daging kambing atau sapi, tapi bisa didapat juga dari udang. “Keberhasilan sektor ini dengan sendirinya akan menarik minat jasa perbankan untuk mengucurkan kredit, sebab prospeknya memang sangat bagus,” tandas Doni.

Baca juga: KKP Serahkan Excavator Guna Tingkatkan Produktivitas Udang Vaname di Kabupaten OKI

Bantuan Manajemen

Petambak udang yang memiliki lahan di Bengkulu, Hendrikus terkesan dengan PT PAP. Ia sendiri mengakui belum berhasil. Mengawali bisnis tambak udang tahun 2015. Semua fasilitas dinilainya sudah OK. Di atas lahan 65 hektare telah dibangun infrastruktur yang memadai. Dari lahan seluas itu, 30 hektare di antaranya dibagi menjadi 80 kolam tambak udang vaname.

Tempat bagus, air bagus, tandon bagus, full karpet, listrik 4 megawatt plus cadangan genset. Bahkan dilengkapi laboratorium, naik turun barang menggunakan forklift. Tapi toh hasilnya hanya di kisaran 18 ton per hektare. Sangat jauh jika dibandingkan hasil PT PAP.

“Saya kira ada miss management. Nah kebetulan saya berteman dengan pak Doni. Dan beliau akhir-akhir ini sering bicara tentang udang, jadi saya minta saran beliau,” katanya.

“Lokasi kami hanya 20 km atau 30 menit dari Bandara Fatmawati Soekarno, Bengkulu,” kata Hendrikus, antusias.

Baca juga: Ketua Umum PPAD Doni Monardo Panen Udang di Desa Sejoli Sulawesi Tengah

Pokok Keinginan

Kabid Ekonomi, PP PPAD, Mayjen TNI Wiyarto menangkap adanya gayung yang bersambut. Sebelum ke hari H pertemuan, para pihak, diminta menyiapkan pokok-pokok keinginan, sehingga saat bertemu bisa lebih cepat ke proses kesepakatan.

Di akhir rapat virtual, Doni Monardo kembali mengingatkan tentang tagline “Lima Point menciptakan kampung-kampung shrimp dollar”. Atau mau pakai istilah “kampung petro-dollar, silakan saja. Maknanya bukan penghasil minyak tapi ‘petro-dollar’ dalam konteks ‘kampung yang makmur dan rakyatnya sejahterah’,” kata Doni Monardo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini