Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Properti yang menjadi kontributor besar bagi pertumbuhan ekonomi China, masih belum kembali pulih sepenuhnya gara-gara muncul lagi penyebaran Covid-19 di awal 2022.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, investasi para pengembang di properti telah turun 2,7 persen dalam kurun waktu 4 bulan pertama.
"Sedih rasanya ketika kita harus membahas China, sebuah negara yang dimana tadinya diharapkan menjadi lokomotif pemulihan ekonomi dunia. Namun, harus kembali terjerembab akibat adanya Covid 19, yang kembali menjadi sebuah alasan bagi China untuk melakukan lockdown," ujar dia melalui risetnya, Selasa (17/5/2022).
Baca juga: G7 Diminta Berhenti Ikut Campur Urusan Internal China
Sementara itu, nilai penjualan rumah telah mengalami penurunan hingga 32 persen, dan saat melihat permintaan kredit secara fundamental telah mengalami penurunan akibat situasi dan kondisi yang ada.
"Tampaknya tindakan berikutnya lebih dari sekadar menurunkan tingkat suku bunga untuk mendorong permintaan kredit," kata Nico.
Di sisi lain, segala cara tengah dilakukan oleh China, mulai dari bauran kebijakan moneter hingga fiskal untuk menopang perekonomiannya agar tidak terseret lebih dalam akibat Covid 19.
Baca juga: Demi Memulihkan Ekonomi, China Pangkas Suku Bunga Pinjaman Hipotek
Kemudian untuk waktu yang sangat lama, akhirnya China pertama kalinya menurunkan tingkat hipoteknya untuk para pembeli rumah, dan kembali mengumumkan pembukaan toko-toko di Shanghai secara bertahap.
Pemerintah dan bank sentral akan mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, sebelum data ekonomi yang berikutnya akan kembali dirilis.
Sebelumnya, Bank Sentral China pada hari Minggu kemarin akhirnya memangkas kisaran batas bawah suku bunga pinjaman dari sebelumnya 4,6 persen menjadi 4,4 persen.
Baca juga: Link Live Streaming Final Piala Uber 2022, China Unggul 2-1, Selangkah Lagi Raih Gelar ke-16
"Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara yang paling signifikan untuk meningkatkan pasar perumahan. Bank Rakyat China kembali mengatur tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah pada hari Senin," tutur Nico
Selain itu, data telah mengkonfirmasi bahwa perekonomian China pada April 2022 telah mendorong sektor industri dan konsumen ke level terlemahnya sejak tahun 2020.
"Akibat yang ditimbulkan oleh Covid pun tidak main main lho pemirsa, output industry sendiri telah turun 2,9 persen pada April, dan penjualan ritel telah turun 11,1 persen pada periode tersebut. Tidak hanya itu saja, tingkat pengangguran pun telah naik dari sebelumnya 6 persen menjadi 6,1 persen," pungkasnya.