Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wanita yang tampil menjadi pemimpin di dunia usaha dinilai memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan pria. Selain kepemimpinannya lebih luwes, mereka umumnya juga memiliki karakter multitasking, serta kepribadian yang mudah berempati.
Dari para wanita yang dipercaya menjadi nakhoda perusahaan ini, tak sedikit dari mereka yang sukses membawa badan usaha yang dipimpinnya keluar dari jerat pandemi Covid-19 yang terbukti membuat banyak perusahaan limbung, bahkan bangkrut.
Mereka diantaranya adalah Siwi Peni, Direktur PT Perkebunan Nusantara XII; Petronella Soan, Chief Operating Officer PT Central Mega Kencana; FM Venusiana R, Direktur Consumer Service Telkom Indonesia; Dewi Muliaty, CEO PT Prodia Widyahusada Tbk; Lynn Ramli, Presiden Direktur PT Bussan Auto Finance / BAF dan Windawati Tjahjadi, CEO Astra Life serta Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk.
Baca juga: Delapan Pengusaha Bengkel Muda Binaan Yayasan AHM Terima Suntikan Dana dari FIFGROUP
Belakangan ini, Majalah SWA menemukan fenomena banyak bermunculan pemimpin wanita yang menduduki posisi bergengsi. Bahkan, Kaum Hawa jadi motor penggerak di perusahaan dan membangkitkan kehidupan bisnis perusahaan di masa pandemi yang menantang. Mereka adalah extraordinary women business leaders. Pemimpin di era ini mesti mampu menaklukkan tiga tantangan sulit: menjamin kesehatan atau keselamatan karyawan, menjaga performa bisnis, serta membawa perusahaan bangkit kembali di era pascapandemi nanti.
Sebagai bentuk dukungan peran pemimpin wanita, Majalah SWA mengadakan pemilihan. Mereka masuk dalam daftar The Most Extraordinary Women Business Leaders 2022 yang diselenggarakan majalah SWA, baru-baru ini di Jakarta.
Baca juga: Subsidi Dicabut, Pengusaha Warteg Lapor Harga Minyak Goreng Curah Sudah Turun
Menurut Kemal E.Gani, Group Chief Editor SWA Media mereka diseleksi melalui 4 tahap.
Majalah ini juga memberikan penghargaan Top 100 Women Business Leader of The Year 2022, dan di antara 100 nama di list terdapat sosok Maya Watono (Direktur Pemasaran & Program Pariwisata InJourney), Evaliny (CFO The Harvest Group), Gita Tiffani Boer (Direktur PT Astra International Tbk), Imelda Widjaja (Direktur Kepatuhan PT Bank DBS Indonesia), Prita Kemal Gani (Founder & CEO LSPR Communication and Business Institute) serta Indivara Erni (Risk Director PT Bank Mega Tbk).
Menurut Priyantono Rudito, PhD sebagai Juri Women Business Leaders Award 2022 dan Vice Chairman Social Economy Acceleration Lab Amazon Web Services di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), digital, serta pandemi Covid-19 ini, siapa pun yang menjadi pemimpin bisnis atau korporasi akan berhadapan dengan tiga tantangan: securing, surviving, sustaining (3S).
"Tantangan pertama securing dalam konteks health, yang di era pandemi ini harus menjadi perhatian lebih kuat untuk memastikan karyawan bisa bekerja dengan sehat dan selamat," ujarnya.
Baca juga: Pengusaha Pertambangan Ramai-ramai Gugat Pemerintah, Ada Apa?
Seiring berjalannya waktu, para leader wanita sudah berhasil melewati tantangan ini dengan menghasilkan cukup banyak inovasi dan kebijakan.
Sementara, tantangan kedua, surviving. Pemimpin bukan saja harus memastikan orang yang bekerja di perusahaannya tetap sehat, tetapi pada saat yang sama juga harus mengelola performa agar target-target bisnis bisa tercapai.
Tantangan ketiga, sustaining. Keadaan pandemi yang kurang-lebih sudah berjalan dua tahun telah mengubah tatanan perusahaan sedemikian banyaknya. Dan setelah itu, akan dihadapkan pada situasi postpandemic. Dengan kondisi seperti itu, para leader diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
“Untuk menghadapi tantangan 3S, para leader wanita membuat kolaborasi yang baik terlebih dahulu. Hasilnya, tantangan 3S ini bisa dihadapi dengan melakukan co-creation," kata dia.
Terkait hal ini, para leader wanita memiliki kelebihan dalam hal kolaborasi, seperti keluwesan dalam berkomunikasi. Mereka mampu memadukan soft skills dan hard skill sehingga organisasi menjadi lebih solid.
"Jika organisasi solid, akan menghasilkan inovasi-inovasi untuk menghadapi tantangan 3S,” tutur Priyantono.
Sementara juri lainnya, Kartika D. Antono menemukan sejumlah temuan penting dari penilaian terhadap para finalis.
“Para finalis menjalankan holistic approach in leadership, yang tidak hanya fokus ke sektor bisnisnya, tetapi berkembang menjadi lengkap, termasuk social responsibility. Selain itu, sebagian melakukan micro manage business process untuk mendapatkan hasil yang optimal,” ungkap Kartika.
Menurut dia, para finalis juga telah menjalankan strategi kepemimpinan yang lebih fleksibel dan friendly dalam perusahaan yang dipimpin, termasuk mengurangi birokrasi. Mereka melakukan efisiensi dalam mengelola cost agar tercapai value optimal bagi perusahaan, khususnya dalam masa krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Dia menambahkan, para finalis juga detail oriented, sampai level Chief Executive Officer dan direktur pun bisa menuliskan dengan cermat apa saja yang dikerjakan dan hasil yang dicapai.