Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan lagi suku bunganya, sebesar 75 basis poin pada Rabu (15/6/2022).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menerangkan, kini suku bunga The Fed berada di level 1,5 % -1,75 % Kenaikan suku bunga tersebut mempertimbangkan kondisi di pasar tenaga kerja AS yang masih ketat, serta inflasi AS yang juga masih cenderung tinggi.
"Meskipun demikian, Gubernur Fed Jerome Powell memberikan komentar bahwa kedepannya The Fed akan mempertimbangkan perkembangan inflasi AS dalam menentukan arah suku bunga kedepannya. Apakah menaikkan 50 basis poin atau 75 basis poin," ujar Josua, Kamis (16/6/2022).
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Ini Imbasnya pada Minyak Dunia hingga Rupiah
Selain itu, ucap Josua, The Fed juga merilis proyeksi indikator ekonomi AS dimana The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan AS serta menaikkan proyeksi tingkat pengangguran AS dalam 3 tahun mendatang.
Setelah pernyataan Powell tersebut, lanjut dia, dollar index, yang mengukur kinerja dollar AS terhadap mata uang utama cenderung melemah diikuti dengan penurunan yield UST.
"Nilai tukar rupiah pada hari ini juga diperdagangkan menguat tipis ke level Rp 14.730 dan yield SUN 10 tahun juga cenderung turun ke level 7,36 % ," kata Josua.
Baca juga: Suku Bunga The Fed Naik, CORE: BI Harus Naikkan Suku Bunga Acuan
Sementara terkait dengan arah suku bunga Bank Indonesia (BI) kedepannya, lanjut Josua, sesuai dengan pernyataan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI beberapa bulan terakhir dimana BI mempertimbangkan inflasi fundamental sebagai indikator utama dalam menentukan arah kebijakan moneter kedepannya.
"Meskipun inflasi umum diperkirakan akan berada di atas level 4 % hingga akhir tahun ini, BI akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya pada semester II tahun 2022 ini," kata Josua.
Menurut Josua, kenaikan inflasi hingga saat ini lebih dipengaruhi oleh supply side inflation atau inflasi dari sisi penawaran, sehingga inflasi fundamental belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
"Meskipun demikian, BI juga perlu tetap menjangkar ekspektasi inflasi yang didorong oleh second round effect dari kenaikan supply side inflation," katanya.
Oleh sebab itu, ucap Josua, hingga akhir tahun ini BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga acuannya sebesar 50-75 basis poin dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.