Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengurus Pusat Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) menyatakan para pengusaha importir saat ini sedang kesulitan dalam menjalankan bisnisnya di tengah penguatan dolar AS.
Ketua Umum BPP GINSI Subandi mengatakan, menguatnya dolar AS terhadap rupiah yang terus berada di level Rp 14.800 per dolar AS, cukup membuat pelaku usaha importasi mengalami kenaikan biaya dan ini sangat merugikan.
"Terutama bagi pelaku usaha importasi barang jadi atau barang yang langsung di jual, ataupun trading. Akhirnya tidak ada cara lain untuk menutup potensi kerugian dengan menaikan harga jual," kata Subandi saat dihubungi, Rabu (22/6/2022).
Namun, kata Subandi, menaikkan harga jual juga bukan cara yang mudah pada saat ini, karena daya beli masyarakat sedang melemah dan barang pun tidak terserap.
Baca juga: Analis Prediksi Rupiah Bisa Makin Melemah ke Level Rp 14.850 per Dolar AS
"Bagi pelaku usaha importasi bahan baku yang produknya untuk di ekspor tidak mengalami dampak, kecuali jika saat beli barang dalam kurs dolar yang tinggi tapi saat ekspor kurs dolarnya sudah turun," paparnya.
Baca juga: Dolar AS Menguat, Apindo: Ada Industri yang Tertekan dan Ada yang Senang
"Karenanya pelaku usaha butuh stabilitas kurs dolar AS, jangan turun naik yang membuat ketidakpastian," sambungnya.