Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Departemen Sensus dan Statistik (DCS) Sri Lanka mengatakan ekonomi negara itu mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen pada kuartal pertama tahun 2022.
"Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) year on year (yoy) untuk kuartal pertama tahun 2022 diperkirakan negatif 1,6 persen yang mengindikasikan kontraksi ekonomi yang cukup besar dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2021," jelas DCS.
Dikutip dari Adaderana.lk, Rabu (29/6/2022), pada awal 2022, perekonomian Sri Lanka mulai membaik secara perlahan, setelah melewati masa sulit akibat pandemi virus corona (Covid-19) pada 2020 dan 2021, dengan ekspektasi baru pemulihan ekonomi.
Mirisnya, pada triwulan I tahun 2022, laju pertumbuhan ekonomi dilaporkan melambat dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya.
"Ini merupakan akibat dari pengaruh beberapa faktor seperti inflasi, devaluasi valas dan defisit dolar," tegas DCS.
Kelangkaan pupuk kimia selama periode ini berdampak parah pada produksi pertanian, terutama produksi beras yang menurun secara signifikan.
"Dengan demikian, ekonomi pertanian mencatat penurunan tertinggi pada kuartal ini sejak tahun 2015," papar DCS.
Baca juga: Antrean Warga Sri Lanka Mengular, Bahan Bakar Didistribusikan Lewat Sistem Token
Selain itu, pembatasan impor bahan bakar yang sangat penting bagi banyak industri dan jasa, telah mengurangi produksi di semua industri manufaktur, termasuk juga industri konstruksi.
Sejalan dengan itu, sektor industri Sri Lanka juga melaporkan penurunan yang signifikan pada triwulan I 2022.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, BBM Menghilang di SPBU dan Tarif Listrik Naik 835 Persen
Namun, terlepas dari semua kondisi buruk yang terjadi di negara ini, aktivitas layanan mencatat adanya sedikit peningkatan pada kuartal pertama tahun 2022 jika dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2021.
PDB Sri Lanka untuk kuartal pertama 2022 dengan harga konstan (2015) dilaporkan mencapai 3.463.101 juta rupee Sri Lanka, dibandingkan dengan 3.519.921 juta rupee Sri Lanka yang tercatat pada kuartal pertama tahun sebelumnya.
Baca juga: Minyak Impor Tidak Jelas Kapan Tiba, Serikat Pekerjan Non-Aktifkan Kilang di Sri Lanka
Pada kuartal pertama 2021, Sri Lanka mencatat penurunan 1,6 persen pada tingkat pertumbuhan PDB kuartal pertama tahun 2022 dibandingkan dengan 4,0 persen kemiringan yang dilaporkan pada kuartal pertama tahun 2021.
Selanjutnya, PDB atas dasar harga berlaku untuk triwulan pertama tahun 2022, meningkat menjadi 5.368.465 juta rupee Sri Lanka, dari angka sebelumnya yakni 4, 573.080 juta rupee Sri Lanka, mencatat perubahan positif sebesar 17,4 persen.
Tiga kegiatan ekonomi utama negara itu yakni pertanian, industri dan jasa telah memberikan kontribusinya terhadap PDB atas dasar harga berlaku masing-masing sebesar 8,1 persen, 31,1 persen dan 55,6 persen.
Sedangkan komponen 'pajak dikurangi subsidi untuk produk', telah memberikan kontribusi 5,2 persen terhadap PDB pada kuartal pertama tahun 2022.
Sementara itu, pada triwulan I 2022, sektor pertanian dan industri mencatat kontraksi masing-masing sebesar 6,8 persen dan 4,7 persen.
Lalu sektor jasa mencatatkan sedikit ekspansi sebesar 0,7 persen jika dibandingkan dengan nilai tersebut pada triwulan I tahun 2021.