Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG - Korea Utara kini menjadi negara dengan kejahatan kripto terbanyak dengan 15 kasus pencurian siber dan total dana curian senilai 1,59 miliar dolar AS.
Namun gejolak yang terjadi di pasar kripto baru-baru ini telah menghapus jutaan dolar dana kripto curian negara itu.
Melansir dari Cointelegraph, pasar kripto mulai bergejolak pada bulan Mei lalu, di mana sebagian besar nilai aset kripto turun lebih dari 70 persen dari level tertingginya.
Akibatnya, sebagian besar dana kripto yang dicuri peretas Korea Utara juga mengalami penurunan yang signifikan.
Sebuah laporan dari Coinclub.com menunjukkan, Korea Utara telah mengerahkan 7.000 peretas penuh waktu untuk mengumpulkan dana melalui serangan siber, ransomware, dan peretasan protokol kripto.
Peretasan Ronin Network, jaringan kripto yang terhubung ke blockchain Ethereum, senilai 600 juta dolar AS pada April lalu, juga dikaitkan dengan kelompok ransomware terkenal Korea Utara, Lazarus.
Nilai Ether (ETH) yang dicuri telah anjlok menjadi 230 juta dolar AS di pasar kripto saat ini, dengan penurunan lebih dari 60 persen.
Menurut laporan perusahaan analisis blockchain, Chainalysis mengungkapkan Korea Utara memegang sekitar 170 juta dolar AS dalam cryptocurrency yang dicuri dari 49 kasus peretasan selama empat tahun ini.
Namun nilai dana yang dicuri ini, kini telah turun menjadi 63 juta dolar AS.
Baca juga: Imbas Bear Market, Perusahaan Kripto Three Arrows Capital Default Hingga 670 Juta Dolar AS
Chainalysis memperkirakan, para peretas Korea Utara kesulitan untuk mencuci dana yang dicuri.
Hal ini dapat dikaitkan dengan tranparansi teknologi blockchain, di mana setelah peretasan terjadi, protokol blockchain akan berkoordinasi dengan pertukaran kripto dan penerbit stablecoin untuk membekukan dana yang dicuri dan melacak pergerakan dana curian ini.
Laporan analitik kripto lainnya, CNAS menyoroti kesulitan menemukan broker untuk menukarkan dana curian dengan fiat atau Bitcoin, sering membuat peretas Korea Utara hanya memiliki sepertiga dari nilai dana curian yang sebenarnya.
Baca juga: Melesat di Atas 15 Persen Selama Sepekan, Bisakah Dogecoin Memimpin Pergerakan Pasar Kripto?
Berdasarkan laporan dari Reuters, Korea Utara menghadapi berbagai sanksi dari seluruh dunia, membuatnya sulit untuk melakukan perdagangan atau transaksi di pasar internasional, dan para ahli percaya hal ini yang mendorong negara ini melihat kripto sebagai alternatif.
Namun, aset kripto dilaporkan hanya membentuk sebagian kecil dana bagi Korea Utara, karena sebagian besar modal negara ini berasal dari penyelundupan batu bara dan kesepakatan gelap dengan China.