Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah di pasar spot pada Jumat (1/7/2022).
Melansir data Bloomberg (pada pukul 09.48), rupiah terpantau berada di level Rp 14.949 per dollar AS.
Di penutupan kemarin (30/6/2022), merujuk Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.882 per dollar AS.
Sebelumnya, Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada hari ini Rupiah bakal ditutup melemah.
Baca juga: Jumat Pagi Ini, Rupiah Semakin Melemah di Level Rp 14.949 Per Dolar AS
“Pada perdagangan kemarin (30/6), mata uang rupiah kembali melemah 22 point walaupun sebelumnya sempat melemah 25 point di level Rp 14.852 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.830," papar Ibrahim, (30/6/2022).
"Sedangkan untuk perdagangan hari Jumat (1/7), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.840-Rp 14.890,” sambungnya.
Dirinya juga melihat perkembangan nilai tukar Dolar terhadap mata uang lain dipengaruhi berbagai faktor eksternal.
Menurutnya, Dolar tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama pada hari Rabu lalu karena penurunan imbal hasil di AS.
Baca juga: Pagi Ini, Rupiah Kembali Tertekan ke Level Rp Rp 14.851 Per Dolar AS
Imbal hasil mengambil sebagian dari kemilau mata uang, dengan investor mempertimbangkan risiko resesi dari kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif.
Pembuat kebijakan Federal Reserve pada hari Selasa menjanjikan kenaikan suku bunga cepat lebih lanjut untuk menurunkan inflasi yang tinggi, tetapi mendorong kembali terhadap meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi akan memicu penurunan tajam.
Sementara itu di Asia Pasifik, China mengambil langkah mengejutkan pada Selasa untuk memangkas waktu karantina bagi pelancong yang datang menjadi tujuh hari dari 14 hari di fasilitas karantina terpusat.
Langkah tersebut mengangkat harapan pasar akan pergeseran China ke strategi COVID-19 lain yang dapat mengurangi kerusakan ekonomi.