TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Perekonomian Amerika Serikat saat ini diyakini sedang memasuki fase resesi ringan tahun 2022 ini. Ada sejumlah indikasi yang menunjukkan perekonomian negeri Paman Sam sedang sakit menurut ekonom Bank of America Corp.
Diantaranya, pengeluaran di sektor jasa kini melambat dan laju inflasi yang memanas memacu konsumen untuk mundur.
Ekonom Bank of America memperkirakan bank sentral Amerika The Fed akan kembali menaikkan suku bunga dana federal menjadi 3,25-3,5 persen pada akhir tahun, termasuk kenaikan 75 basis poin lainnya dari pertemuan bulan ini.
"Sejumlah kekuatan secara bertepatan telah memperlambat momentum ekonomi lebih cepat dari yang kami prediksi sebelumnya," ujar analis Bank of America yang dipimpin oleh Michael Gapen dalam sebuah laporan terbarunya tentang prediksi resesi Amerika yang dirilis Rabu (13/7/2022).
Kekuatan tersebut termasuk inflasi harga makanan dan energi yang membuat rumah tangga kurang leluasa untuk melakukan pembelian dan kondisi keuangan yang lebih ketat dengan tingkat hipotek yang lebih tinggi sehingga mengurangi keterjangkauan konsumen.
Baca juga: Tanda-tanda Eropa Mulai Resesi, Nilai Tukar 1 Euro Setara 1 Dolar AS
Melansir Bloomberg, para ekonom memperkirakan produk domestik bruto AS kuartal keempat bakal turun 1,4 persen dari tahun sebelumnya, diikuti oleh kenaikan 1 persen pada tahun 2023.
Kondisi tersebut akan mendongkrak tingkat pengangguran sebesar 1 poin persentase menjadi sekitar 4,6 persen.
Sebuah laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Rabu menunjukkan indeks harga konsumen naik 9,1 persen dari tahun sebelumnya dalam kenaikan berbasis luas.
Baca juga: Bill Gates: Sinyal Munculnya Resesi Sangat Kuat, Ajak Tetap Optimis dalam Jangka Panjang
Ini merupakan kenaikan terbesar sejak akhir 1981.
Perkiraan ekonom Bank of America menempatkan inflasi secara luas sejalan dengan mandat 2 persen Federal Reserve pada akhir 2024.
Angka-angka inflasi yang panas akan membuat pejabat Fed berada pada jalur kebijakan yang agresif untuk mengendalikan permintaan.
Hal ini tentunya akan menambah tekanan kepada Presiden Joe Biden dan anggota Kongres Demokrat yang dukungannya telah merosot menjelang pemilihan paruh waktu.
Baca juga: Harga Minyak Jatuh di Tengah Kegelisahan Resesi dan Pembatasan Covid-19 di China
Bulan lalu, para pembuat kebijakan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin. Ini merupakan langkah terbesar sejak 1994.
Mayoritas pejabat Fed telah mengisyaratkan bahwa akan ada kenaikan suku bunga lanjutan dengan besaran yang sama pada Juli ini.
Sebelumnya, mengutip Reuters, pada akhir Juni 2022 lalu, Ekonom Bank of America Securities melihat ada peluang sebesar 40 persen bahwa resesi AS akan terjadi pada tahun depan, dengan inflasi tetap tinggi.
Mereka memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto AS melambat menjadi hampir nol pada paruh kedua tahun depan karena dampak tertinggal dari kondisi keuangan yang lebih ketat.
BoA melihat rebound yang moderat dalam pertumbuhan pada tahun 2024.
"Ketakutan terburuk kami di sekitar Fed telah dikonfirmasi: mereka jatuh jauh di belakang kurva dan sekarang memainkan permainan kejar-mengejar yang berbahaya," tulis Ethan Harris, ekonom global di BoA.
Dia memprediksi, The Fed bakal menaikkan suku bunga ke level di atas 4 persen.
Laporan Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Sumber: Kontan