Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juni 2022 melonjak drastis, di mana Indeks Harga Konsumen (CPI/IHK) tercatat 9,1 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi AS yang tinggi mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kini tembus di atas Rp 15.000 per dolar AS.
Analis Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan, pelemahan rupiah terutama didorong dari sentimen global, terutama terutama nilai tukar dolar AS yang terus menguat, indeks USD (DXY) terus naik hingga menembus 108.
Baca juga: Inflasi AS Melonjak 9,1 Persen pada Juni, Level Tertinggi dalam 40 Terakhir
"Ini penyebabnya adalah memang karena kenaikan inflasi AS yang terus mengalami kenaikan melebihi perkiraan, mencapai 9,1 persen," ucap Rully saat dihubungi, Kamis (14/7/2022).
Menurutnya, tren rupiah saat ini hingga besok masih akan tertekan dengan kisaran Rp 14.955 sampai Rp 15.025 per dolar AS.
Ia menyebut, melemahnya mata uang terhadap dolar AS bukan hanya dialami rupiah saja, tetapi mata uang negara lain juga tertekan.
Baca juga: Kamis Pagi, Rupiah Melemah, Tembus ke Level Rp 15.000 Per Dolar AS
Sehingga, Rully melihat Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Juli 2022 sepertinya masih belum menaikkan suku bunga acuannya yang kini di level 3,50 persen.
"Ini karena beberapa bank sentral seperti Malaysia dan Filipina yang sudah menaikkan suku bunga pun mengalami pelemahan mata uang yang lebih dalam dibanding rupiah," ucapnya.