News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Janet Yellen Sebut Ekonomi AS Tidak Dalam Resesi, Meskipun PDB Merosot

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen. Janet Yellen, mengatakan ekonomi AS berada dalam keadaan transisi, bukan resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, mengatakan ekonomi AS berada dalam keadaan transisi, bukan resesi, meskipun dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif.

Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS mengalami kontraksi tahunan sebesar 0,9 persen pada kuartal kedua tahun 2022. Sedangkan di kuartal pertama tahun ini PDB AS berada di angka 1,6 persen.

Penurunan untuk kedua kalinya secara berturut-turut ini membuat AS secara teknis masuk ke dalam resesi.

Baca juga: Menkeu Janet Yellen Peringatkan Tingginya Inflasi AS

Dilansir dari CNBC, Jumat (29/7/2022) Yellen bersikeras bahwa resesi merupakan bentuk dari pelemahan ekonomi secara luas, yang mencakup PHK besar-besaran, penutupan bisnis, ketegangan dalam keuangan rumah tangga dan perlambatan aktivitas sektor swasta.

“Itu bukan apa yang kita lihat sekarang,” kata Yellen saat konferensi pers di kantor Departemen Keuangan.

“Anda dapat melihat pertumbuhan ekonomi dari sisi penciptaan lapangan kerja yang terus berlanjut, keuangan rumah tangga yang tetap kuat, belanja untuk konsumsi dan bisnis yang meningkat,” ujarnya.

Dalam konferensi pers di kantor Departemen Keuangan, Yellen memulai dengan membacakan daftar pencapaian ekonomi pemerintah, termasuk pertumbuhan penggajian nonpertanian lebih dari 9 juta.

Kemudian Yellen mengatakan bahwa Inflasi telah membuktikan hambatan yang lebih besar, naik menjadi 9,1 persen pada bulan Juni sementara pertumbuhan ekonomi gagal mengikuti.

Tingkat kepercayaan konsumen dan bisnis telah jatuh, dengan survei baru-baru ini menunjukkan sebagian besar orang Amerika percaya negara itu dalam resesi.

Baca juga: Ikuti Langkah The Fed, Bank-bank di Amerika Serikat Turut Naikkan Suku Bunga Pinjaman

Yellen mengakui adanya beban yang ditanggung oleh harga yang lebih tinggi dan mengatakan bahwa pemerintah AS saat ini berfokus untuk mengatasi situasi tersebut.

“Kami telah memasuki fase baru dalam pemulihan kami yang berfokus pada pencapaian pertumbuhan yang stabil tanpa mengorbankan keuntungan dari 18 bulan terakhir,” katanya.

“Kami tahu ada tantangan di depan kami. Pertumbuhan melambat secara global. Inflasi tetap sangat tinggi, dan merupakan prioritas utama pemerintahan ini untuk menurunkannya,” tambah Yellen.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden dan Yellen sama-sama menggembar-gemborkan rancangan undang-undang baru yang tampaknya telah disetujui oleh anggota parlemen Demokrat untuk memerangi inflasi.

Undang-undang ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan pajak, menurunkan harga obat-obatan dan investasi dalam energi terbarukan.

Baca juga: Inflasi Meningkat, Pengangguran di Amerika Diprediksi Naik Hingga Dua Kali Lipat

“Federal Reserve memiliki peran utama dalam menurunkan inflasi, sementara presiden Biden dan saya berkomitmen untuk mengambil tindakan untuk menurunkan biaya dan melindungi orang Amerika dari tekanan global yang kita hadapi,” ungkap Yellen.

Secara terpisah, The Fed telah menaikkan suku bunga empat kali tahun ini, dengan total 2,25 poin persentase, dan kemungkinan akan menambah lebih banyak kenaikan di akhir tahun.

Yellen kemudian mengaitkan kenaikan inflasi dengan perang di Ukraina, masalah rantai pasokan, dan pandemi Covid-19. Dia tidak membahas dampak stimulus moneter dan fiskal terhadap tekanan harga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini