Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Raksasan energi asal Rusia Rosatom dilaporkan telah membatalkan kontrak kerjasama dengan Turki dalam pembangun proyek nuklir anak usahanya yaitu Akkuyu Nukleer AS, Sabtu (30/7/2022).
Melalui pengumumannya, Rosatom menjelaskan anak perusahaannya yaitu TSM Enerji telah membatalkan kerjasama dengan pemerintah Turki dalam membangun proyek nuklir di Mediterania Mersin, meski Rosatom telah melanggar perjanjian kerjasama namun pihaknya menegaskan bahwa akan bertanggung jawab dengan mengganti biaya kompensasi pada Turki sebesar 20 miliar dolar AS.
“Kontrak rekayasa, pasokan dan konstruksi dengan IC Ictas yang berbasis di Ankara dibatalkan dan kesepakatan ditandatangani dengan TSM Enerji Insaat,” kata perwakilan perwakilan Akkuyu Nukleer.
Baca juga: Vladimir Putin Ingin Kerjasama Produksi Drone Bayraktar Turki, Ini yang Dikatakan Presiden Erdogan
Meski hingga saat ini perusahaan masih belum mau menjelaskan alasan mengapa pihaknya mundur dalam kerjasama pembangunan pabrik nuklir tersebut, namun mengutip dari Reuters pembatalan kerjasama ini sengaja dilakukan Rusia untuk mengurangi kehadiran perusahaan Turki pada proyek tersebut.
Sebelum Rosatom membatalkan kontrak, pemerintah Rusia awalnya sepakat untuk membantu Turki dalam membangun pembangkit nuklir bertegangan 4.800 megawatt di Akkuyu, tepatnya di dekat kota pelabuhan Mediterania Mersin, pada 2010 lalu.
Pembangunan ini sengaja dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan Turki pada produk energi impor.
Namun setelah Putin menginvasi Ukraina, ekonomi Rusia langsung ramai diserang sanksi Barat dan AS, hal inilah yang membuat Rusia geram hingga pihaknya berupaya untuk membalaskan sanksi pada negara – negara tak bersahabat.
“Semua pekerjaan di bawah subkontrak saat ini akan dialihkan ke TSM. Kontrak baru serupa akan ditandatangani antara TSM dan subkontraktor," kata perwakilan proyek Akkuyu Nukleer.
Baca juga: KTT Teheran, Kisah Sukses Putin-Raisi-Erdogan Melawan Unipolarisme AS
Imbas dari pembatalan kerjasama tersebut, kini Turki terancam tak dapat lagi memasok 10 persen kebutuhan listrik negaranya dari empat reaktor yang beroperasi pada proyek Akkuyu Nukleer.