TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bisnis perbankan tancap gas seiring dengan terkendalinya pandemi Covid-19.
Hingga Juni tahun ini aset-aset perbankan telah melejit dan ada yang telah tembus Rp 1.000 triliun.
Karenanya, kini para bankir meyakini penyaluran kredit akan terus melaju pada sisa tahun ini.
Berikut adalah bank-bank dengan kinerja moncer hingga pertengahan tahun.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) secara konsolidasi berhasil keluar sebagai bank dengan aset paling besar mencapai Rp 1.786,70 triliun pada semester 1-2022.
Baca juga: OK Bank Bagikan Tiga Tips Cari Tambahan Penghasilan Agar Makin Cuan
Nilai itu tumbuh 12,98 persen year on year (yoy) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.580,52 triliun di Juni 2022.
Di posisi kedua, ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang mencatatkan aset secara konsolidasi senilai Rp 1.652.83 triliun di paruh pertama 2022.
Nilai itu tumbuh 6,4 persen yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.553,83 triliun.
Lalu, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga dengan aset secara konsolidasi mencapai Rp 1.264,46 triliun di enam bulan pertama 2022.
Nilai ini tumbuh 11,9 persen yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.129,49 triliun.
Sedangkan bank lainnya, harus berupaya lebih keras lagi untuk bisa masuk ke liga bank dengan aset di atas Rp 1.000 triliun.
Lantaran, baru ada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan aset Rp 946,49 triliun yang tumbuh 8,2% yoy dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 875,13 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyatakan, pertumbuhan aset ditopang oleh melesatnya kredit 12,22% yoy menjadi Rp 1.138,31 triliun hingga juni 2022.
Bahkan, ia mengklaim Bank Mandiri menjadi bank dengan penyaluran kredit terbesar di Indonesia.
Selain itu, himpunan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri juga ikut tumbuh 12,76% yoy menjadi Rp 1.318,42 triliun.
Baca juga: OJK Catat Kredit Perbankan Tumbuh 10,66 Persen pada Juni 2022
Pencapaian tersebut juga menjadikan Bank Mandiri dengan total DPK terbesar di industri perbankan Indonesia.
Selain itu, kinerja ini juga ditopang dengan kehadiran dua anak usaha Bank Mandiri yang bergerak di sektor perbankan, yakni PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap).
Anak perusahaan ini juga mengalami pertumbuhan kredit masing-masing 18,5% yoy dan 15,34% yoy.
Pertumbuhan aset akan meningkat, seiring Bank Mandiri telah merevisi pertumbuhan kredit dari 8% menjadi 11% di sepanjang 2022. Darmawan menyatakan ekonomi makro Indonesia masih kuat sehingga permintaan kredit akan terus meningkat hingga penghujung tahun.
Adapun Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyatakan terdapat beberapa sektor yang akan menjadi penopang kredit hingga sisa tahun.
Khusus untuk segmen wholesale akan datang dari food and beverage, manufaktur, konstruksi, perdagangan dan properti.
Baca juga: 66 Tahun Berkiprah di Industri Perbankan, Danamon Perkuat Sinergi dengan MUFG dan Adira
Sedangkan untuk segmen ritel, Bank Mandiri akan mengoptimalkan sektor kredit kecil menengah, payroll loan, dan kredit konsumsi.
Bank Mandiri juga akan fokus pada sektor yang memiliki outlook positif beserta mengandalkan layanan Livin’ untuk segmen ritel dan platform Kopra untuk wholesale.
Adapun BCA berhasil meningkatkan kredit 13,8% yoy dari Rp 593,58 triliun menjadi Rp 620,42 triliun.
Begitupun, total dana pihak ketiga tumbuh 12,9% YoY menjadi Rp1.011 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 11,9% YoY menjadi Rp1.264,5 triliun.
BCA juga optimistis penyaluran kredit di sepanjang tahun lebih baik dari proyeksi di awal tahun.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja menyatakan akan merevisi target kredit dari 8% menjadi 10% di sepanjang 2022.
Baca juga: Pemberdayaan UMKM Agresif, Menkop UKM Teten Ingin Perbankan Tiru BNI
“Kemungkinan-kemungkinan untuk meningkatkan kredit itu cukup besar, kita berharap ini bisa membantu pemulihan ekonomi Indonesia. Meskipun saat ini kita menghadapi kenaikan biaya operasional perusahaan meningkat, bila daya beli tidak bisa meng-absorb itu maka profitabilitas perusahaan ini akan berkurang,” ujar Jahja.
Jahja optimis prospek kredit akan terakselerasi di paruh kedua 2022. Lantaran mobilisasi masyarakat sudah kembali normal.
Sehingga, pembelian barang dan jasa terus meningkat pesat dan memicu peningkatan kredit di seluruh sektor.
BRI Group berhasil menyalurkan kredit Rp 1.104,79 triliun atau naik 8,75% yoy dari posisi yang sama tahun lalu Rp 1.015,91 triliun.
Sedangkan, DPK BRI secara konsolidasi naik 3,7% yoy dari Rp 1.096,37 triliun menjadi Rp 1.136,98 triliun.
Kredit ditopang segmen mikro yang tumbuh 15,07%, segmen konsumer tumbuh 5,27%, segmen korporasi tumbuh 3,76% serta segmen kecil dan menengah tumbuh 2,71%.
Secara khusus, portofolio kredit UMKM BRI juga tumbuh sebesar 9,81% yoy menjadi Rp 920 triliun pada Juni 2022. Realisasi itu turut meningkatkan porsi kredit UMKM menjadi 83,27% dari total kredit perseroan.
Baca juga: IHSG Akhir Pekan Dibuka Loyo Turun ke 7.137, Investor Asing Lepas Saham Perbankan
Dengan realisasi itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu Retno K yakin BRI Group mampu meraih pertumbuhan kredit dan pembiayaan di kisaran 9%-11% sampai akhir tahun.
“Hal ini tentunya banyak didukung berbagai faktor. Pertama adanya pemulihan ekonomi, penanganan pandemi yang juga membaik, aktivitas sosial dan ekonomi di masyarakat yang mulai berangsur normal," kata Viviana.
Selain itu, kata dia, pertumbuhan kredit secara konsolidasi juga berasal dari segmen mikro dan ultra mikro, terutama dari Pegadaian dan PNM. Mereka tergabung dalam Holding Ultra Mikro bersama BRI.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menyatakan peluang pertumbuhan aset bagi bank besar semakin terbuka di paruh kedua 2022.
Lantaran bank besar banyak merevisi pertumbuhan kredit lebih tinggi.
“Dampaknya pada perekonomian sangat jelas dan besar. Karena, perbankan itu berkontribusi 80% sampai 90% terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ini akan memacu pertumbuhan ekonomi lewat penyaluran kredit,” paparnya kepada Kontan.co.id pada Minggu (31/7).
Sebab, saat ini sudah banyak korporasi khusus manufaktur, makanan dan minuman sudah tumbuh cukup besar.
Sektor lain, datang dari pelaku UMKM juga sudah mulai bergerak berinvestasi dan permintaan kredit modal kerja yang besar.
“Mereka membutuhkan perputaran pembiayaan. Kredit sindikasi juga agresif melakukan di daerah, di pusat sudah mulai jarang. Selain itu, bank besar ini menyasar hampir seluruh sektor,” tambahnya.
Melihat bank besar yang gencar memperbesar asetnya, Amin melihat bank-bank lainnya juga akan memacu untuk menyalurkan kredit.
Sehingga, ini akan semakin berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. (Maizal Walfajri/Yudho Winarto)