Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TRIPOLI – Menteri perminyakan dari Organisasi Negara‑Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohamed Oun mengumumkan produksi minyak mentah Libya untuk bulan Agustus telah pulih ke level awal, dengan melesat naik menjadi 1,2 Juta barel per hari di tengah krisis energi yang melanda banyak negara.
"Kami dengan senang hati mengumumkan bahwa tingkat produksi kami telah mencapai tingkat pra-force majeure sebesar 1,2 juta barel per hari,” sebut National Oil Corporation Libya melalui akun Twitternya.
Peningkatan produksi ini dimaksudkan untuk meredakan krisis energi yang saat ini tengah terjadi di pasar global.
Mengutip dari Bloomberg produksi minyak Libya naik menjadi 1,2 juta barel per hari setelah para pejabat dan pengunjuk rasa mencapai kesepakatan untuk membuka kembali ladang dan terminal ekspor yang telah ditutup selama berbulan-bulan.
Karena imbas perselisihan gaji dan serta perebutan kekuasaan antara pemerintah Abdul Hamid Dbeibah dari kelompok Libya barat dan Fathi Bashagha dari Libya timur.
Baca juga: Berkah Lonjakan Harga Minyak, Ekonomi Arab Saudi Melesat 11,8 Persen di Q2 2022
Perselisihan dimulai ketika keduanya mengaku sebagai perdana menteri yang sah. Kerusuhan inilah yang membuat produksi minyak Libya sulit mengalami peningkatan akibat jumlah produksinya dibatasi, mengutip dari Bloomberg
Hingga produksi minyak Libya turun menjadi sekitar 400.000 barel minyak mentah per hari, selama blokade dari pertengahan April hingga pertengahan Juli.
Namun setelah kesepakatan antara pemerintah dengan para pemegang kekuasaan kamp Libya Timur dan Libya Barat telah dicapai, kini produksi minyak kembali naik.
Baca juga: Hubungan China-AS Memanas Bikin Harga Minyak Mentah Asia Anjlok
Sumber-sumber diplomatik Barat mengatakan, kamp yang berbasis di timur dan barat setuju untuk membuka kembali fasilitas produksi minyak di beberapa kilang dengan syarat hasil pendapatan ekspor minyak dibagi dengan para penguasa di kawasan tersebut.
Dengan adanya peningkatan produksi di kilang minyak Libya, Mohamed Oun menyebut bahwa cara ini dapat membantu OPEC untuk memacu produksi pasokan minyak dunia, dengan begitu krisis energi bisa kembali pulih dan harga minyak mentah bisa kembali ke zona hijau.