Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno meminta pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk berinovasi mengantisipasi kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat.
"Anak kost siap-siap, dan untuk pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mi instan, siapkan strategi dan inovasi," ujar Sandiaga Uno dalam keterangannya, Rabu (10/8/2022).
Kenaikan harga mi instan merupakan dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Mentan Beri Sinyal Harga Mi Instan Bakal Naik: Hati-hati yang Makan Mi, Harganya 3 Kali Lipat
Menurut data pemerintah terdapat 180 juta ton gandum tidak bisa diekspor dari kedua negara tersebut. Karena itu, mi instan diperkirakan akan naik hingga tiga kali lipat.
"Dampak dari ketidakstabilan ekonomi global karena pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina mengakibatkan lonjakan harga gandum termasuk mi instan dan turunannya. Bukan tanpa sebab, karena kedua negara tersebut merupakan penyuplai hampir 30-40 persen produksi gandum dunia," imbuh Sandiaga.
Pantauan Tribunnews.com, harga mi instan di mini market saat ini berada di kisaran Rp 3.000 ke atas. Misal, Sedaap Mie Instan Goreng 90G: Rp 3.100 Sedaap, Indomie Mi Instan Goreng Aceh 90G: Rp 3.000, Indomie Mi Instan Goreng Jumbo Special 129G: Rp 4.000, dan Lemonilo Mie Instan Rendang 77G: Rp 9.600.
Menurut Sandiaga, pelaku UMKM perlu menyikapinya dengan memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif. Di antaranya dengan mengoptimalkan sumber pangan dan berbagai produk ekonomi kreatif lokal.
"Kondisi seperti ini jangan lantas membuat kita pasrah, justru harus menjadi momentum bagi kita untuk mengoptimalkan sumber pangan dan berbagai produk ekonomi kreatif lokal sehingga kita tidak terus menerus ketergantungan dengan bahan baku impor," kata Sandiaga.
Baca juga: Harga Mi Instan akan Naik 3 Kali Lipat, Apa Alasannya?
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan harga mi instan akan naik tiga kali lipat. Perang Ukraina dan Rusia jadi penyebab kenaikan harga lantaran gandum yang menjadi bahan baku tepung tertahan di dua negara tersebut.
"Kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia, di mana ada 180 juta ton gandum ngga bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3 kali lipat," kata Syahrul.
Untuk diketahui, Ukraina dan Rusia menjadi pemasok gandum di dunia dan Indonesia menjadi negara yang mengandalkan impor gandum. Gandum bukan produk Indonesia, jadi ketika harga gandum dunia naik, pemerintah tak bisa mengendalikan kenaikan harganya.