Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Lima perusahaan asal China yang terdaftar di Amerika Serikat (AS) mengatakan mereka berencana mengajukan penghapusan pencatatan saham atau delisting dari New York Stock Exchange (NYSE), pada jumat (12/8/2022) kemarin
Dikutip dari Reuters, kelima perusahaan tersebut adalah raksasa minyak China Sinopec, perusahaan asuransi China Life Insurance, produsen alumunium Aluminium Corporation of China, perusahaan minyak dan gas PetroChina, serta anak perusahaan Sinopec yang bergerak di bidang petrokimia Sinopec Shanghai Petrochemical Co.
Baca juga: Langgar UU Transaksi Keuangan, Litecoin Delisting dari Bursa Kripto Korea Selatan
Kelima perusahaan itu mengatakan akan mengajukan delisting American Depository Shares pada bulan ini, dan tetap menyimpan listing mereka di bursa saham Hong Kong dan China Daratan.
Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada bulan Mei lalu menandai lima perusahaan dan banyak lainnya karena gagal memenuhi standar audit AS. Perusahaan-perusahaan China ini tidak menyebut aksi delisting mereka didorong oleh ketegangan yang meningkat antara AS dan China setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.
Baca juga: Kaleidoskop 2021: Garuda Indonesia Terlilit Utang, Terancam Delisting, dan Isu Digantikan Pelita Air
AS dan China dilaporkan sedang melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan sengketa audit jangka panjang, yang dapat mengakibatkan perusahaan-perusahaan Beijing dilarang dari bursa AS, jika China tidak memenuhi permintaan AS untuk akses penuh ke pembukuan perusahaan-perusahaan Beijing yang terdaftar di Washington.
Sementara Beijing melarang pemeriksaan dokumen audit asing dari kantor akuntan lokal, karena dianggap dapat mengancam keamanan nasionalnya.
"Perusahaan-perusahaan ini telah secara ketat mematuhi aturan dan persyaratan peraturan pasar modal AS sejak listing di AS dan membuat pilihan delisting untuk pertimbangan bisnis mereka sendiri," kata Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Sempat Mangkrak, BKPM Minta Sinopec Untuk Percepat Pembangunan Proyek Depo Minyak Batam
Pada bulan Desember lalu, perselisihan mengenai audit ini memanas setelah SEC menyelesaikan aturan yang berpotensi melarang perdagangan di perusahaan-perusahaan China di bawah kerangka kerja Holding Foreign Companies Accountable Act (HFCAA).
HFCAA merupakan kerangka kerja yang memungkinkan SEC melarang perdagangan sekuritas perusahaan China yang terdaftar di AS, jika hambatan terhadap Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) untuk mengakses pembukuan perusahaan China tidak dihilangkan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh undang-undang.
Beberapa perusahaan besar China termasuk raksasa teknologi Alibaba Group Holdings, perusahaan e-commerce JD.com Inc, dan perusahaan layanan web Baidu Inc termasuk perusahaan yang terancam aturan SEC tersebut.
Saham China Life Insurance dan raksasa minyak Sinopec yang terdaftar di AS masing-masing turun 3,06 persen dan 3,66 persen pada sesi perdagangan Jumat lalu. Saham Aluminium Corporation of China terkoreksi 3,03 persen, saham PetroChina turun 2,80 dan saham Sinopec Shanghai Petrochemical Co anjlok 3,29 persen.
Juru bicara NYSE dan Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB), pengawas audit yang diawasi SEC, menolak berkomentar mengenai hal ini.