Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Seusai pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed Jerome Powell kemarin yang mengatakan akan menaikkan tingkat suku bunga jauh lebih tinggi dan lebih lama, ternyata mengundang shock yang mungkin masih tidak berkesudahan.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, air mata masih terus membayangi pergerakan saham saham di Amerika, di mana semua indeks saham ambruk berjamaah.
"Indeks S&P 500 turun 1,1 persen yang dimana turun dibawah level 4.000 untuk pertama kalinya sejak Juli. Nasdaq Composite turun 1,1 persen, dan Dow Jones lagi-lagi ditutup turun hampir 1 persen," ujar dia melalui risetnya, Rabu (31/8/2022).
Baca juga: Buyback Saham BBRI Dilakukan Sampai Agustus 2023
Menurut Nico, implikasi pidato Powell tidaj hanya terhadap saham, juga terhadap imbal hasil obligasi US Treasury to the moon untuk yang 5 tahun bergerak menuju 3,26 persen, dan untuk yang 10 tahun bergerak menuju 3,1 persen.
"Namun lagi-lagi, untuk yang imbal hasil obligasi 20 tahun berada di 3,10 perse. Imbal hasil obligasi jangka panjang, lagi-lagi menunjukkan penurunan yang dimana inverted yield, kembali terjadi," katanya.
Hal ini semakin menguatkan bahwa pelaku pasar dan investor melihat prospek perekonomian jangka panjang di Amerika kian memburuk.
"Ditambah lagi dengan adanya komentar dari Presiden Fed Bank of New YorkcJohn Williams yang mengatakan, bahwa Bank Sentral Amerika perlu menaikkan tingkat suku bunga ke arah yang lebih mendinginkan inflasi," pungkas Nico.