TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanggapi isu kenaikan harga BBM bersubsidi yang sepekan terakhir ramai diperdebatkan.
Arifin menegaskan ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah dan BBM hanya bisa ditanggulangi dengan beralih ke energi lain seperti listrik.
“Indonesia ini masih impor minyak mentah dan juga BBM karena sumber minyak kita umumnya tua dan produksinya turun,” katanya dalam pertemuan Menteri Energi negara anggota G20, Kamis (1/9/2022).
“Kalau bisa diganti pakai listrik, kita pakai baterai bisa menghemat anggaran,” tutur Arifin.
Baca juga: Jokowi Jawab soal Kenaikan Harga BBM Subsidi, Sebut Masih dalam Proses Dihitung
Mantan Dubes RI untuk Jepang itu menilai dengan beralih ke kendaraan listrik maka negara bisa menghemat biaya impor minyak mentah dan BBM.
Memang diakuinya, konversi dari energi fosil ke listrik menjadi sebuah tantangan yang tidak mudah.
“Mudah-mudahan kita bisa produksi komponen konversi energi listrik ini di dalam negeri sehingga juga mendorong usaha baru, pertumbuhan industri baru, dan mendorong perekonomian,” tambah Arifin.
Lebih jauh, Menteri ESDM menegaskan saat ini beban negara dalam memberikan subsidi energi, khususnya BBM sudah terlampau besar.
Dia pun mengimbau masyarakat untuk dapat menghemat konsumsi energi seperti BBM subsidi.
“Harga minyak dunia masih 100 dolar AS (per barel), beban pemerintah untuk subsidi tinggi. Ini kita himbau masyarakat untuk hemat energy,” tuturnya.
Arifin menyebut Indonesia kini menghadapi tantangan kebutuhan energi jangka panjang sehingga pemanfaatan sumber energi non fosil diharapkan bisa segera dilakukan.
Harga keekonomian Pertalite saat ini seharusnya sudah mencapai mencapai Rp 17.200 per liter dan untuk harga Solar keekonomiannya mencapai Rp 17.600 per liter.
Infrastruktur dan Harga Jadi Kendala Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kendala Indonesia mengadopsigaya hidup kendaraan listrik ada pada infrastruktur dan harga.
Menurutnya, jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) masih sangat terbatas serta harga unit yang dijual dipasaran tidak terjangkau oleh masyarakat.