Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia merupakan negara di Asia yang memiliki pangsa pasar bahan baku makanan yang prospektif.
Pertumbuhan tahunan industri bahan baku makanan diprediksi akan meningkat mencapai 5,30 persen pada periode 2021-2026.
Pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia bahkan menunjukkan kinerja yang positif di masa pandemi, dimana pertumbuhannya mencapai 2,45% di kuartal 1 2021 .
"Tidak hanya itu, negara ke-4 terpadat di dunia ini juga menunjukkan tren penjualan produk makanan produk makanan kesehatan yang tinggi, yaitu 8 persen dari total populasi," kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman di sela-sela rencana penyelengggaraan Fi Indonesia 2022 yang ke-25 di Asia di Jakarta belum lama ini.
Baca juga: GAPMMI: Margin Keuntungan Perusahaan Makanan dan Minuman Turun Akibat Bahan Baku Langka
Dalam ajang Fi Indonesia 2022 akan berlangsung di Jakarta International Expo, 7 – 9 September 2022 dan diikuti lebih dari 300 produsen bahan makanan terkemuka dari seluruh dunia akan menampilkan berbagai inovasi bahan baku makanan dan minuman terbaru.
Adhi memperkirakan kinerja industri makanan dan minuman di Indonesia akan semakin membaik karena konsumsi rumah tangga yang sudah semakin pulih.
GAPMMI memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman (mamin) sepanjang 2022 akan mencapai 5% secara tahunan.
"Meski demikian, kenaikan harga pangan dan energi membuat sejumlah industri makanan dan minuman menaikan harga jual produknya rata-rata sekitar 5 persen di bulan ini sebagai dampak semakin parah saat terjadi perang Rusia-Ukraina dan pembatasan ekspor oleh beberapa negara,” katanya.
Adhi S. Lukman mendorong pelaku industri untuk mendapatkan info terbaru mengenai perkembangan industri bahan makanan dan minuman agar dapat berkompetisi dalam industri tersebut.
"Fi Asia menjadi platform yang tepat dan komprehensif untuk berbagai skala bisnis dalam meningkatkan dan memperkuat keberadaan dan kapasitas pelaku industri di kawasan Asean," katanya.
Dewan Penasihat dan Ilmuwan Senior South East Asian Food and Agricultural Science and Technology – SEAFAST Center IPB Prof. Dr. Purwiyatno, mengatakan, Indonesia adalah penghasil produk pertanian terbesar di dunia, dengan varian produk dan komoditas penting seperti kelapa sawit, beras, rempah-rempah, cengkeh, kayu manis, vanila, dan lainnya.
"Potensi ini memperkaya cita rasa Indonesia dalam berbagai bentuk makanan dan minuman baik lokal maupun internasional," katanya.
Selain itu, kata dia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dimana 84% atau 229 juta jiwa, Indonesia memiliki market halal yang sangat besar sehingga perkembangan inovasi dan teknologi makanan dan minuman yang mendukung pangsa pasar halal, akan sangat diperlukan.
Baca juga: GAPMMI: Bahan Baku Gula Industri Mamin Cukup untuk Kebutuhan Hingga Akhir Tahun
Rungphech Chitanuwat, Group Director Asean, Fi Asia (Thailand) Co Ltd mengatakan, dalam ajang ini, ada berbagai perusahaan negeri maupun swasta yang akan menghadirkan inovasi bahan baku makanan dan minuman yang canggih guna menciptakan nilai tambah dan meningkatkan pengembangan produk.
"Selama tiga tahun terakhir, pelaku industri menghadapi sejumlah tantangan akibat pandemi. Hari ini, saya sangat meyakini bahwa pameran ini dapat diselenggarakan kembali secara tatap muka dan tentunya saya menyadari bahwa pameran ini tidak dapat terselenggara tanpa adanya dukungan berbagai pihak," katanya.
Rungphech menambahkan Fi Asia 2022 akan diisi dengan International dan Halal conference yang merupakan program kolaborasi dengan SEAFAST Center dan Insitute Pertanian Bogor (IPB), lebih dari 40 Technical Workshop & Seminar dari eksibitor ternama, Spotlight Product Showcases yang akan menampilkan produk terbaru di tema Healthy Snack, Alternative Proteins, and Health Ingredients, Sustainability Square.