News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina\

Rusia Stop Aliran Gas ke Eropa, Bursa Berjangka dan Euro Langsung Ambles

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fasilitas kilang minyak Gazprom, Rusia. Bursa berjangka Eropa langsung merosot pada perdagangan hari ini, Senin (5/9/2022), menyusul pelemahan nilai tukar Euro setelah Rusia menutup aliran pipa gas utama ke Eropa.

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, SYDNEY - Bursa berjangka Eropa langsung merosot pada perdagangan hari ini, Senin (5/9/2022), menyusul pelemahan nilai tukar Euro setelah Rusia menutup aliran pipa gas utama ke Eropa.

Penutupan pipa Nord Stream 1, yang mengalirkan minyak Rusia ke Jerman melalui Laut Baltik, telah mendorong ditetapkannya langkah-langkah darurat untuk menghadapi lonjakan harga energi di Eropa.

Dikutip dari Reuters, Euro turun 0,3 persen menjadi 0,9918 dolar AS, dan tampaknya akan mendekati level terendahnya dalam 20 tahun terakhir di 0,9905 dolar AS karena pasar keuangan memperkirakan risiko resesi Eropa yang lebih besar.

Sementara Euro Stoxx 50 berjangka terkoreksi 3,0 persen dan FTSE berjangka turun 1,1 persen pada perdagangan hari ini.

Krisis energi menjadi beban tambahan bagi Bank Sentral Eropa (ECB) yang akan mengadakan pertemuan pekan ini untuk mempertimbangkan berapa banyak kenaikan suku bunga acuan.

"Eropa dihadapkan dengan prospek energi yang mengerikan, dengan banyak anekdot perusahaan mengurangi produksi," kata kepala ekonomi pasar di NAB, Tapas Strickland.

Strickland menambahkan, para analis memperkirakan pekan ini ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

Baca juga: Balas Sanksi Barat, Rusia Kembali Hentikan Aliran Gas Nord Stream 1 ke Eropa

"ECB pasti akan memutuskan untuk menaikkan suku bunga minggu ini. Pasar hampir sepenuhnya menetapkan harga dalam kenaikan 75bp setelah banyak pejabat ECB mengatakan mereka condong ke arah itu, meskipun masih ada kemungkinan perdebatan sekitar 50 vs 75," ujar Strickland.

Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, mengumumkan rencana untuk menghabiskan 65 miliar euro atau senilai 64,7 miliar dolar AS untuk melindungi konsumen dan pelaku bisnis di negaranya dari kenaikan biaya listrik.

Baca juga: Rusia Cekik Aliran Gas Lebih Kecil Lagi Setelah Uni Eropa Kampanyekan Penghematan Energi

Seorang analis di perusahaan jasa keuangan ANZ mengatakan Jerman perlu memangkas konsumsi gasnya hingga 15 persen, agar penyimpanan pasokan gasnya dapat terisi.

"Pada akhirnya, Jerman perlu memangkas konsumsi gas alam sebesar 15 persen agar fasilitas penyimpanan gas tidak kosong. Penjatahan gas terlihat sangat mungkin, karena bahkan pada 95% penuh, penyimpanan hanya akan bertahan 2,5 bulan." kata analis di ANZ.

Sedangkan Finlandia dan Swedia menawarkan jaminan likuiditas untuk menjaga perusahaan listrik mereka tetap beroperasi.

Bank Sentral di Kanada dan Australia juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pekan ini, sementara Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell dan beberapa pembuat kebijakan lainnya memberikan sinyal hawkish untuk mengendalikan inflasi.

Baca juga: Jerman Kembali Menjerit Gazprom Ciutkan Aliran Gas, Krisis Energi Eropa Makin Parah

Meskipun data tenaga kerja AS di bulan Agustus menunjukkan tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja, namun investor masih condong ke arah kenaikan suku bunga 75 basis poin The Fed bulan ini.

Imbal hasil Treasury AS dua tahun turun 12 basis poin pada perdagangan hari Jumat (2/9/2022) lalu, dan kontrak berjangka diperdagangkan datar pada perdagangan hari ini.

Dolar AS berhasil mencapai level tertingginya dalam dua dekade terhadap mata uang utama lainnya di level 110,040.

Menguatnya nilai Dolar AS membuat harga emas bergerak datar di 1.710 dolar AS per ounce. Sedangkan harga minyak naik karena didukung oleh ekspektasi harga gas yang akan melonjak di Eropa.

Harga minyak mentah Brent naik 1,73 dolar AS menjadi 94,75 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,63 dolar AS menjadi 88,50 dolar AS per barel.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini