Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Ekspor energi Rusia dilaporkan telah mencetak keuntungan besar hingga tembus mencapai 158 miliar dolar AS, hanya dalam kurun waktu enam bulan sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 27 Februari 2022 lalu.
Lonjakan tersebut terjadi usai negara Barat yang tergabung dalam kelompok G7 kompak melemparkan sanksi embargo pada ekspor energi Rusia, dengan tujuan untuk mematikan pendapatan Rusia dari ekspor minyak, gas dan batu bara.
Setelah larangan itu berlaku ekspor batu bara Rusia sempat turun ke level terendah, namun sayangnya aturan tersebut juga memicu terjadinya lonjakan harga minyak, gas, dan batu bara yang dijual dipasar global pun ikut melonjak.
Pusat penelitian energi Eropa, Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) mencatat selama sebulan terakhir harga gas yang di jual ke Eropa telah meroket sebanyak 30 persen, sementara untuk harga minyak mentah juga ikut bergejolak selama invasi.
Munculnya tekanan ini lantas membuat negara – negara Barat kesulitan untuk mendapatkan sumber energi dan bahan bakar.
Meski Uni Eropa telah memberlakukan aturan embargo untuk penjualan batubara hingga membuat pendapatan Rusia anjlok, namun hal tersebut tidak dapat membuat ke 27 negara di Eropa bisa melepaskan diri dari pasokan gas dan minyak Rusia.
Baca juga: Aliran Gas Rusia ke Eropa Tidak akan Dilanjutkan Sampai Sanksi Barat Dicabut
Hal tersebut yang kemudian dimanfaatkan Rusia untuk menarik hati para investor dengan menjual gas dan minyak dengan harga yang lebih terjangkau ketimbang harga pasar, hingga akhirnya pendapatan Rusia dari sektor energi ikut terdorong naik.
"Melonjaknya harga bahan bakar fosil berarti bahwa pendapatan Rusia saat ini jauh di atas tingkat tahun-tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan volume ekspor tahun ini," kata CREA, organisasi asal Finlandia.
Baca juga: Hentikan Pasokan Gas ke Eropa, Ini Syarat Rusia Mau Buka Pipa Nord Stream 1
Bahkan selama invasi berlangsung CREA memperkirakan bahwa pendapatan Rusia dari penjualan energi ke Uni Eropa melonjak mencapai 85,1 miliar euro, disusul dengan ekspor energi ke China yang tembus 34,9 miliar euro serta ekspor energi Turki dengan 10,7 miliar euro.
“Ekspor bahan bakar fosil telah menyumbang sekitar 43 miliar euro untuk anggaran federal Rusia sejak awal invasi, membantu mendanai kejahatan perang di Ukraina," kata CREA, dikutip Channel News Asia.
Baca juga: Harga Gas di Eropa Melonjak 30 Persen Setelah Rusia Tutup Kembali Aliran Pipa Nord Stream
Meski Eropa belum dapat sepenuhnya melepaskan diri pasokan Rusia, namun demi mencegah melonjaknya pendapatan ekspor Rusia di kuartal selanjutnya.
Negara-negara G7 kini mulai aktif mencari eksportir alternatif serta gencar menyerukan aturan pembatasan harga minyak mentah Rusia.
Dengan diberlakukannya aturan pembatasan harga sejak Jumat (2/9/2022) kemarin, Uni Eropa berharap agar cara ini dapat mengerem pendapatan ekspor Rusia untuk membiayai operasi militernya di Ukraina.
Dengan begini konflik geopolitik antara Moskow dan Kiev bisa kembali mereda.