Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga BBM (bahan bakar minyak) subsidi di Indonesia resmi naik pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter dari yang semula Rp 7.650. Solar naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter. Sementara, harga Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Berbeda dengan Indonesia, Malaysia justru menurunkan harga BBM pada minggu lalu.
Dilansir dari Malaymail, Rabu (24/8/2022), Kementerian Keuangan Malaysia mengumumkan harga eceran untuk bensin dengan RON97 mengalami penurunan sebesar lima sen, dari yang semula 4,35 ringgit Malaysia per liter menjadi 4,30 ringgit Malaysia per liter.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, mengatakan harga BBM yang ditetapkan Pemerintah Malaysia tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan harga BBM yang berlaku di Indonesia.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Picu Gangguan Mental Jika Kecemasan Tak Dikelola Secara Baik
Selain ada perbedaan komponen pembentuk harga di kedua negara, harga BBM di Malaysia bisa terus ditahan meskipun ada peningkatan harga minyak. Ini merupakan hasil dari penerapan subsidi besar-besaran yang diterapkan Pemerintah Malaysia.
Komaidi mengungkapkan pada dasarnya Pemerintah Malaysia juga memberikan subsidi bahan bakar sehingga harga bahan bakarnya juga tidak mengikuti skema pasar. Hanya saja tujuan pemberian subsidinya berbeda dengan skema pemberian subsidi yang ada di Indonesia.
"Fokus Malaysia dengan kita (Indonesia) berbeda. Mereka fokus pertumbuhan sehingga memberikan subsidi yang besar," ungkap Komaidi di Jakarta, Selasa (6/9/2022).
Menurut dia, informasi yang beredar di masyarakat terkait harga BBM di Malaysia yang lebih murah dibandingkan di tanah air harus bisa dijelaskan secara gamblang juga oleh pemerintah maupun Pertamina. Dengan begitu, isu yang berkembang di masyarakat tidak menjadi bola liar dan memperkeruh suasana.
"Kalau ada yang menyampaikan bahwa Malaysia tidak ada subsidi mungkin belum mendapat info lengkap. Semestinya hal-hal semacam ini dengan sederhana dijelaskan oleh pemerintah atau Pertamina," kata Komaidi.
Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga (PPN), Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting, saat dikonfirmasi mengatakan jika dibandingkan secara keseluruhan besarnya subsidi yang digelontorkan Malaysia sebenarnya tidak bisa menyamai subsidi yang sudah diberikan Pemerintah Indonesia.
"Subsidi mereka (Malaysia) sebenarnya besar, tapi kalau dibandingkan seluruh subsidi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, itu jauh lebih besar," ungkap Irto.
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Picu Gangguan Mental Jika Kecemasan Tak Dikelola Secara Baik
Faktanya memang Harga Jual Eceran (HJE) di Malaysia lebih murah. Selain itu produk yang dijual juga adalah BBM yang lebih ramah lingkungan.
Penetapan harga eceran produk minyak bumi, baik bensin maupun solar di Malaysia yang telah berlaku sejak 1983 ditetapkan berdasarkan biaya operasional, margin untuk distributor produk minyak bumi, komisi untuk pemilik SPBU, pajak penjualan dan subsidi.
Dengan komponen pemberian subsidi dan pengecualian pajak penjualan membuat harga BBM di Malaysia menjadi yang termurah dibanding negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, ada fakta lain yang membuat tidak bisa membandingkan harga BBM di Malaysia dengan di Indonesia secara apple to apple. Pertama, Malaysia adalah negara pengekspor (Net Eksportir) minyak sementara Indonesia pengimpor (Net Importir).
Baca juga: Pemerintah Alihkan Subsidi BBM Jadi Bantuan Sosial, Gema Keadilan: BLT Hanya Solusi Sementara
Kedua, jumlah penduduk Malaysia 32 juta jiwa. Ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa.
Dari sisi populasi kendaraan, di Malaysia ada 33 juta kendaraan, sedangkan di Indonesia jumlah kendaraannya lebih dari empat kali lipatnya, yaitu sebanyak 145 juta kendaraan.
Terakhir adalah terkait luas dan kompleksitas pendistribusian di Malaysia yang jauh lebih sederhana dibanding Indonesia. Seperti diketahui Malaysia hanya daratan sementara Indonesia negara kepulauan sehingga ragam moda transportasi yang digunakan untuk distribusi otomatis menambah komponen biaya.
Beda angka subsidi
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman mengatakan, perbedaan kebijakan yang diambil oleh Indonesia dan Malaysia ini erat berpengaruh kepada besaran subsidi yang dikeluarkan masing-masing negara itu.
"Jangan dibandingkan dengan Malaysia saja, yang lain juga. Semakin murah boleh jadi subsidi semakin besar per liternya," terang Saleh saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (5/9/2022).
Menurut dia, terdapat beberapa alasan mengapa sebuah negara mampu memberikan subsidi yang cukup besar untuk BBM, di antaranya kemampuan fiskal, jumlah konsumen yang mendapat subsidi, dan peran subsidi itu dalam menstimulus perekonomian serta mengurangi dampak inflasi.