News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyakit Mulut dan Kuku

Populasi Sapi Berkurang Imbas PMK, Akademisi: Hidupkan Peternak Rakyat, Aktifkan BUMDes

Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wabah penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ternak, telah menurunkan populasi sapi di dalam negeri.

Laporan Wartawan Tribunnews, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di berbagai daerah membuat populasi hewan ternak seperti sapi menjadi berkurang pada saat ini.

Terkait hal tersebut Guru Besar IPB University Muladno mengatakan, tahap awal yang harus dilakukan adalah mengubah pola pikir dan karakter budidaya sapi para peternak rakyat.

Caranya, memberikan edukasi layak tentang usaha ternak sapi dengan memasukkan peternak dalam Sekolah Peternak Rakyat (SPR) yang digagas perguruan tinggi.

Baca juga: Percepat Vaksinasi, Vaksin PMK Mandiri Datang Pekan Depan

"Kalau mau bilang pengembangbiakkan ternak sapi, maka yang paling penting adalah peternak rakyat," kata Muladno dalam pernyataan yang diterima Tribun, Rabu(7/9/2022).

Edukasi bagi peternak rakyat dibutuhkan agar mereka memiliki kesetaraan penguasaan ilmu dengan pemerintah, pengusaha, dan perguruan tinggi.

“Peternak rakyat harus disamakan frekuensinya dengan tiga unsur lain. Supaya (frekuensinya) sama, setara segalanya,” kata dia.

Jika empat unsur tadi sudah setara, kata Muladno, akan mempermudah gotong royong untuk mencapai target Indonesia swasembada sapi, bahkan untuk jangka panjang.

“Dengan cara seperti ini nantinya bisa menambah populasi sapi. Nanti industri daging dan pengolahan produk bisa juga. Ratusan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) bisa dipekerjakan untuk ini," kata Muladno.

Agar bisa berswasembada pada 2026, berdasarkan proyeksi Dosen Peternakan IPB University, Afton Atabany, populasi sapi lokal harus berjumlah 37 juta ekor atau dua kali lipat dari jumlah saat ini yang sekitar 18,5 juta ekor.

Setiap tahun dibutuhkan impor sapi indukan sebanyak 1 juta ekor, yang dalam pemeliharaannya harus memiliki angka kelahiran 70 persen dan angka kematian maksimal 30 persen.

Sinergi antara pemerintah, pengusaha ternak, perguruan tinggi, dan peternak rakyat akan membantu Indonesia dalam mencapai target swasembada sapi untuk jangka panjang.

Muladno mengatakan, perkembangan budidaya ternak sapi di Indonesia ditentukan oleh empat unsur, yaitu peternak rakyat, pengusaha ternak, pemerintah, dan akademisi perguruan tinggi.

“Sinergi dan kolaborasi komunitas dan pengusaha menjadi satu-satunya penyelesaian (budidaya sapi), yang tentu saja didampingi pemerintah dan perguruan tinggi. Namanya gotong royong produktif,” kata Muladno.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini