News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Teknologi Ecolab Mampu Hemat 2.4 Juta Dolar AS di Pembangkit Geothermal Berkapasitas 85 MW

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Gas buang keluar dari pipa panas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng.

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tenaga panas bumi akan memainkan peran penting sebagai sumber energi masa depan dan bersifat terbarukan di tengah melonjaknya kebutuhan energi nasional.

Karena posisinya yang berada di Ring of Fire dengan deretan gunung berapi aktif yang jumlahnya banyak, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekayaan sumber panas bumi yang sangat besar.

Menurut data terbaru Badan Geologi, potensi panas bumi di Indonesia mencapai 23,9 Giga Watt (GW) berdasarkan data per Desember 2019.

Sementara, berdasar data Direktorat Panas Bumi, potensi ini baru dimanfaatkan sebesar 8,9 persen atau 2.130,6 MW. Pemerintah menargetkan peningkatan pemanfaatan panas bumi menjadi 7.241,5 MW atau 16,8 persen di 2025.

Baca juga: Pengembangan EBT Harus Jadi Pilihan Dalam Mewujudkan Ketahanan Energi di Indonesia

Karenanya, peran sektor swasta dalam mendorong pemanfaatan energi panas bumi menjadi sangat penting.

Gelaran 2022 Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition yang berlangsung di JCC Senayan bertajuk Geothermal: The Sustainable Energy for Green Recovery, Energy Transition and Security pada pertengahan September 2022 lalu menunjukkan signifikansi peran sektor swasta di bidang ini.

Nalco Water, salah satu exhibitor gelaran ini, mempresentasikan dua technical paper tentang teknologi komprehensif yang dapat mengoptimalkan keandalan binary plant agar lebih produktif dengan mengekstraksi energi lebih banyak melalui penelitian dan pengembangan dan kimia yang dipatenkan.

Perusahaan ini turut berkontribusi membantu Indonesia mengejar pemanfaatan energi terbarukan melalui industri geothermal.

Di berbagai proyek panas bumi yang telah beroperasi dan sedang dalam tahap eksplorasi, Nalco Water terlibat melalui penerapan inovasi di teknologi bahan kimia, automasi dan digital untuk membantu industri geothermal untuk mendapatkan biaya pembangunan pembangkit yang optimal dan mengurangi biaya operasional.

Antara lain, membantu mengurangi steam consumption dari 1.67 ton/MW menjadi 1.59 ton/MW yang memberikan penghematan sebesar 2.4 juta dolar AS per tahun untuk pembangkit geothermal dengan kapasitas 85 MW.

Nalco Water sendiri merupakan bagian dari bisnis global Ecolab. Nalco Water diakuisisi Ecolab di 2011 dan kini mengelola dua pabrik manufaktur di Cikarang, Bekasi, dan di Citeureup, Bogor.

Seperti diketahui, di industri geothermal selalu dibutuhkan energi untuk memanaskan, mendinginkan, memindahkan dan mengolah air. Terkait kebutuhan tersebut, Nalco Water membantu perusahaan geothermal dalam memitigasi untuk mengurangi penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca.

Baca juga: Kejar Target Bauran EBT 23 Persen, Pemanfaatan PLTS Atap Bisa Jadi Andalan

Melalui teknologi yang inovatif, kami membantu semua pelanggan mengurangi jejak dampak lingkungan – dengan solusi yang meminimalkan penggunaan energi.

Tomy Suryatama, Marketing Director Nalco Water Heavy Industry dalam wawancara dengan Tribunnews baru-baru ini menjelaskan, perusahaannya terlibat di proyek awal geothermal dan di tahun tahun terakhir ini perusahaannya makin aktif seiring dengan percepatan pembangunan proyek geothermal di sejumlah daerah di Indonesia.

"Saat ini ada keterlibatan kita di hampir semua geothermal plant di Indonesia," ujar Tommy.

Yang menarik, karakter proyek geothermal di Indonesia cukup berbeda jika dibandingkan dengan proyek geothermal di negara lain. Karenanya, solusi-solusi yang ditawarkan perusahaannya menjadi agak berbeda jika dibandingkan dengan solusi yang diberikan kepada klien peruahaaan geothermal yang beroperasi di negara lain.

"Energi geothermal di setiap lapangan kondisinya unik. Kita tak bisa mengatur. Indonesia punya tesources paling banyak dan pertumbuhan adopsinya paling cepat. Banyak sekali solusi-solusi yang dikenbangkan oleh putra-putri Indonesia. Kita sejak lama juga sudah melakukan local production karena availability-nya penting untuk support pengembangan geothermal di Indonesia," beber Tomy.

Dia menjelaskan, solusi yang ditawarkan selama ini mencakup proses utility sampai emission-nya.

Tomy menyebutkan, perusahaannya terlibat di proyek geothermal di Indonesia sejak tahun 2000an.

"Karena kita perusahaan chemical, kita banyak membantu dari sisi konsultasi untuk desain yang secara biaya lebih rendah dan bisa menjual energinya dengan harga yang kompetitif di renewable energy," sebutnya.

Dia menambahkan, saat ini terjadi perubahan tren geothermal. "Dulu penggunaan energi panas bumi nggak banyak dipakai, sekarang semua digunakan. Tapi renewable energy tetap harus affordable. Availabilty-nya juga harus tinggi," ungkapnya.

Baca juga: PT Geo Dipa Beri Keterangan Resmi Terkait Kecelakaan di PLTP Dieng, Tercatat Ada 7 Korban

"Tantangan bisnis energi geothermal adalah bagaimana bisa menjual energi tetap terjangkau alias affordable agar bisa bersaing dengan renewable lain bahkan dengan energi fosil," imbuhnya.

Karena turut menawarkan solusi desain proyek geothermal ke klien-kliennya, Tomy menyebutkan desain plant geothermal di setiap lokasi akan selalu berbeda bergantung pada hasil eksplorasi yang dilakukan. "Itu salah satu penyebab yang membuat pengembangan geothermal menjadi agak lama," kata dia.

Perlu Fokus ke Geothermal

Tomy menekankan, Indonesia saat ini dan di masa datang seharusnya fokus ke pengembangan energi geothermal untuk mengembangkan renewable energy karena Indonesia punya resources terbesar saat ini di dunia.

"Biaya termahal dalam pengembangan geothermal adalah di eksplorasi karena biayanya
antara 6 sampai 11 juta USD per satu sumur dengan risiko ketidakpastian yang tinggi," ujarnya.

Dalam hal ini, Ecolab berperan membantu menarik panas sebanyak mungkin dari sumur yang sama dan menurunkan biaya capex serta biaya operasional yang lebih rendah sehingga harga jual energi juga bisa lebih murah.

Chandrasegeran Marimuthu, Vice President for Nalco Water Heavy Industry, Ecolab Southeast Asia menambahkan, di Indonesia, perusahaannya berhasil meraih recovery sumur geothermal tercepat di dunia dan menjadi rekor dunia. Lokasi proyek geothermalnya berada di Sumatera.

"Saat eksplorasi sampai proyeknya jadi hanya butuh waktu 3 tahun," ujarnya bangga.

Tomy menekankan, energi geothermal pada dasarnya pasti bisa sustain karena yang ditarik dari dalam perut bumi adalah energi magma-nua.

"Tapi itu tidak bisa over exploitation karena bikin usia proyek menjadi pendek. Penggunaan teknologi terbaru bisa membuat usia pakai sumur menjadi lebih panjang," ungkapnya.

Disebutkan, struktur batuan di setiap sumur berbeda meski berdekatan maka solusi yang dibutuhkan bisa berbeda beda.

Pembangunan proyek geothermal di daerah Priangan, Jawa Barat, bagi Nalco Water, mencatat sukses tinggi karena energi panas bumi di wilayah ini kadar panasnya tinggi, sementara kadar silikanya rendah.

"Kita membantu mencegah pengendapan pada saat temperatur diturunkan dengan sangat rendah," kata dia.

Menurut Tomy, problem-problem di proyek geothermal yang bisa ditangani oleh Ecolab selama ini antara lain menurunkan kerak dengan m enggunakan solusi chemical. "Ini terjadi di semua model binary di Indonesia," ujarnya.

Selain itu, juga mencegah terjadinya korosi yang terjadi pada sumur reinjeksi, produksi dan pipa melalui penggunakan chemical.

Solusi lainnya adalah menaikkan efisiensi pendinginan. "Sebanyak 95 petsen sistem pendingin lapangan geothermal di Indonesia pakai kita," ujar Tomy.

Pihaknya juga menawarkan solusi digital berupa software yang kita kembangkan sendiro untuk susun skenario desain sampai running lapangan geothermal.

"Kita melalui simulasi bisa tawarkan beberapa opsi skenario yang bisa digunakan perusahaan pengembang geothermal.

Dengan menggunakan simulasi perusahaan pengembang geothermal bisa mengambil keputusan lebih cepat.

Baca juga: Pekerja Keracunan Gas di Proyek Sumur PLTP Dieng, PT Geo Dipa Energi Pastikan Tak Ada Ledakan

Saat ini pihaknya banyak menangani proyek geothermal baru dan banyak dibuka di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.

Country Business Development for Geothermal, Nalco Water Heavy, Ecolab Indonesia, Muhamad Andhika menambahkan, di tahapan awal perusahaannya melalukan optimasi cost of operation. "Kita sekarang banyak terlibat di hulu membantu konsultasi di aspek desain untuk mengurangi cost dan mengurangi biaya pemgembangan plant," beber Andhika.

Dia mengatakan, Indonsia diperkirkaan memiliki 40 persen sumber energi geothermal di dunia.

"Karena geothermal di Indonesia dihasilkan deri pross vulkanik, panas yang didapat akan lama. Tapi ketika kita eksploitasi panas yang kita tarik itu kita kembali injeksikan ke bumi, maka umur sumur menjadi lebih lama," ungkapnya.

Karenanya, selalu terdapat sumur eksploitas dan sumur injeksi pada lapangan geothermal.

"Sepanjang kita mampu mengoperasikan proyek geothermal secara efisien akan bisa berlangsung lama, tapi jika ekstraksinya dilakukan berlebih maka energinya akan menurun dan risikonya kehilangan energi listrik," lanjut Andhika.

Andhika juga menepis tentang limbah dan pencemaran lingkuhan di proyek geothermal.

"Karena air panas yang ditarik dari perut bumi direinjeksi lagi ke dalam bumi, seharusnya tidak ada isu lingkungan karena nyaris di indusri energi geothermal ini nyaris tidak ada waste-nya," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini