Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 menjadi 5 persen dari prediksi sebelumnya 5,2 persen.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, meningkatnya ketidakpastian global dan risiko resesi negara maju menjadi tantangan bagi aktivitas ekonomi di Indonesia.
Hal tersebut dikhawatirkan berdampak pada laju ekspor mengingat harganya pun saat ini mayoritas sudah dalam tren normalisasi.
"Momentum pemulihan ekonomi kembali menggerakan perusahaan lebih ekspansif. Hanya saja, prediksi perlambatan ekonomi tahun depan membuat investor cenderung berhati-hati dalam menanamkan modalnya," ujarnya dalam riset, Kamis 22 September 2022.
Tren kenaikan suku bunga dikhawatirkan juga membuat iklim investasi dapat terganggu, begitu juga defisit sejumlah komoditas pangan utama yang dapat memicu terjadinya kenaikan harga.
Menurutnya tren proteksionisme komoditas unggulan oleh sejumlah negara produsen sampai saat ini masih berlanjut dan memicu kenaikan inflasi.
Baca juga: ADB Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,4 Persen di 2022
"Beras yang kita impor dari India di mana larangan ekspor yang diterapkan India berpotensi meningkatkan inflasi dalam negeri, apalagi bobotnya yang cukup besar terhadap inflasi. Hal ini semakin menekan inflasi setelah kenaikan harga BBM, hal yang memicu kenaikan suku bunga secara agresif," tuturnya.
Baca juga: ADB Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 4,6 Persen
"Investasi berpotensi tertahan juga apabila kondisi ekonomi global semakin memburuk. Hal yang kami lihat juga berpengaruh terhadap permintaan lahan industri, sehingga pelaku usaha turut harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuknya," ujarnya.