Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.263 pada Kamis sore (29/9/2022).
Jika dibandingkan pada Rabu (28/9/2022) sore, rupiah terpantau menguat 3 poin.
Seperti diketahui, dalam beberapa hari ke belakang, rupiah mengalami depresiasi yang cukup dalam. Dan puncaknya menembus ke level Rp15.200.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda utamanya terdampak sentimen ekspektasi pasar yang mengkhawatirkan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga.
Baca juga: LPS Waspadai Volatilitas Rupiah dan Potensi Aliran Modal Keluar dari Indonesia
Naiknya suku bunga juga merupakan respon Bank Sentral untuk melawan inflasi yang semakin meningkat.
"Adanya inflasi yang tinggi di Eropa, Inggris dan Amerika Serikat, sehingga membuat bank sentral menaikkan suku bunga," papar Ibrahim kepada Tribunnews, Kamis (29/9/2022).
"Dan ada kemungkinan besar di bulan November the Fed akan kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin," sambungnya.
Soal Kemungkinan Semakin Melemah ke Level Rp16.000
Ibrahim mengungkapkan, kemungkinan rupiah dapat melemah ke level Rp16.000 sangatlah kecil.
Menurutnya, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan mata uang Garuda terdepresiasi terlalu dalam.
Sejumlah kebijakan dan strategi ekonomi pastinya akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan stabilitas nilai tukar mata uang.
"Angka Rp16.000 itu paling tinggi dan paling besar. Namun kemungkinannya kecil untuk tercapai. Karena apa? Pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan begitu saja tinggal diam dan akan melakukan intervensi," papar Ibrahim.
"Buktinya hari ini, kembali mengalami penguatan. Artinya kebijakan strategi ekonomi yang diterapkan Pemerintah dan Bank Indonesia bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah," pungkasnya.