Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah mengakuisisi PT Jembatan Nusantara, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) akan mengevaluasi rute perjalanan yang dianggap lebih menguntungkan secara ekonomi.
Pengelolaan pasca akuisisi ini akan dilakukan oleh anak perusahaan ASDP.
“Setelah akuisisi, akan dikelola oleh anak perusahaan. Rute-rutenya kita evaluasi. Mana yang lebih baik secara ekonomi,” kata Direktur Utama ASDP, Ira Puspadewi usai acara De-Talks KSDK Sesi 19 di Kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (11/10/2022).
Baca juga: Pendapatan ASDP Bakal Meningkat Usai Akuisisi Jembatan Nusantara, Dirut: Tidak Serta Merta Drastis
Ira memastikan rute-rute tersebut akan diatur ulang. Lalu, lintasan yang diatur ulang juga merupakan lintasan komersial.
“Pasti kita akan ada rearrangement. Secara umum semuanya sudah pasti lintasan komersial. Kalau komersial pasti harus untung,” ujar Ira.
Sebelumnya, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) resmi mengakuisisi PT Jembatan Nusantara, perusahaan ferry swasta di Tanah Air. Kini, total kapal ASDP kini total menjadi 219 unit.
Jembatan Nusantara merupakan perusahaan kapal ferry swasta yang memiliki jumlah armada cukup besar sebanyak 53 unit dan mengoperasikan 6 lintasan Long Distance Ferry (LDF).
Akuisisi tersebut akan menambah portofolio kekuatan armada serta lintasan yang dioperasikan ASDP.
Baca juga: Ada Perubahan Tarif Penyeberangan ASDP Mulai 1 Oktober 2022, Cek Rinciannya di 52 Lintasannya
"Peningkatan armada dan lintasan dari JN, maka akan meningkatkan optimalisasi trip pelayaran dan lintasan komersial lain, dan pada akhirnya dapat mendongkrak pendapatan ASDP," kata Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin pada Selasa (22/2/2022).
Sebelum akuisisi, ASDP telah memiliki 166 unit kapal, dan setelah akuisisi menjadi 219 unit kapal sehingga mengukuhkan posisi ASDP sebagai perusahaan ferry dengan jumlah armada terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
ASDP sampai saat ini telah melayani sekitar 290 rute. Dari jumlah tersebut, 70 persen di antaranya adalah rute perintis yang berarti orientasi pelayarannya bukan untuk meraup profit semata. 30 persen sisanya merupakan rute komersial yang mampu menopang lintasan perintis berjalan dengan baik.