Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan, potensi resesi global semakin terlihat didepan mata, seiring situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Menurutnya, sebanyak 28 negara di dunia telah berlindung pada International Monetary Fund (IMF).
Hal itu disampaikan Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto pada konferensi pers sidang kabinet paripurna di Jakarta, Selasa (11/10/2022).
"Nah tadi Presiden menyampaikan, IMF sudah ada 28 negara yang masuk untuk memperoleh bantuan IMF. 14 sudah masuk dan 14 dalam proses. Tentu ini magnitude nya lebih besar daripada krisis di tahun 98," kata Airlangga.
Baca juga: Penguatan UMKM Diharapkan Bisa Meningkatkan Stabilitas Ekonomi di Tengah Ancaman Resesi
Selain itu, IMF merubah pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 semula 3,6 persen menjadi 3,2 persen.
Airlangga mengatakan, ketidakpastian ekonomi global turut berdampak pada beberapa rantai pasok komoditas.
"Tentu dilihat dari segi supply side, itu kenaikan tajam pada beberapa komoditas. Terutama komoditas energi dan terganggunya rantai pasok global," ujarnya.
Kendati begitu, Airlangga mengklaim, nilai tukar rupiah di Indonesia senilai enam persen. Menurutnya, jumlah itu relatif lebih tinggi dibandingkan negara Kanada, Swiss, Nepal, Malaysia, Thailand dan Inggris.
"Nah kita lihat Indonesia sendiri depresiasi rupiahnya enam persen, namun relatif masih lebih tinggi dari berbagai negara lain termasuk Kanada, Swiss, Nepal, Malaysia, Thailand juga termasuk Inggris. Sehingga relatif Indonesia lebih moderat dibandingkan dengan beberapa negara lain," ucap dia.
Lebih lanjut, kata Airlangga, volatelity index di Indonesia mencapai 30,49 atau dalam range indikasi 30. Level index Exchange Market Pressure (EMP) Indonesia juga di angka 1,06 atau di bawah 1,78.
"Jadi secara eksternal kita terjaga. Namun kita harus menjaga terjadinya capital out flow. Nah ini yang harus di jaga dari aliran modal asing saham dan juga SBN yang keluar," tutur dia.