News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Inflasi di Amerika Serikat Tercatat Masih Tinggi, Bagaimana Dampaknya Terhadap Indonesia?

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi inflasi. Inflasi di Amerika Serikat (AS) tercatat masih berada di posisi yang cukup tinggi. Dalam laporan terbaru, inflasi di Negeri Paman Sam pada September 2022 di level 8,2 persen.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Inflasi di Amerika Serikat (AS) tercatat masih berada di posisi yang cukup tinggi. Dalam laporan terbaru, inflasi di Negeri Paman Sam pada September 2022 di level 8,2 persen.

Pengamat Pasar Keuangan dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, inflasi di AS diperkirakan masih akan terus tinggi dan hal ini mendorong bank sentral AS (the Fed) agresif menaikkan suku bunga.

Kebijakan the Fed tersebut tentunya akan memberikan dampak terhadap perekonomian negara di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Ekonom Perkirakan Inflasi Tembus 6,1 Persen pada 2023, Ini Faktor Pendorongnya

Kenaikkan suku bunga menimbulkan sentimen terhadap pasar saham, obligasi, hingga transaksi komoditas.

"Para ekonom sudah memprediksi inflasi Amerika di atas 8 persen. Artinya apa kalau 8 persen? Bank Sentral (The Fed) akan menaikkan suku bunganya, ini akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia," ucap Ibrahim saat dihubungi Tribunnews, Jumat (14/10/2022).

Diketahui, The Fed merupakan bank sentral dari negara pusat perekonomian dunia. Sehingga kebijakan The Fed menjadi acuan bagi bank sentral negara lain untuk menetapkan kebijakan.

Oleh sebab itu, sangatlah wajar jika kebijakan The Fed juga mempengaruhi kondisi pasar, baik domestik maupun internasional.

Salah satunya adalah kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga, sebagai respon untuk menekan laju inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.

Baca juga: Buntut Inflasi Amerika Serikat, IMF Desak Bank-bank Sentral Asia Perketat Kebijakan Moneter

Meski demikian, lanjut Ibrahim, Indonesia dinilai mampu bertahan dari dampak inflasi tinggi dan naiknya suku bunga The Fed.

Karena secara bersamaan ekonomi Indonesia cukup bagus, yang ditopang oleh kenaikkan harga komoditas, terutama batubara.

Menurut Ibrahim, kinerja ekspor komoditas Indonesia mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, yakni sebesar 23 persen.

Tak hanya itu, Pemerintah juga tidak akan tinggal diam apabila Indonesia mengalami tanda-tanda penurunan kinerja perekonomian. Sejumlah kebijakan pastinya akan disiapkan.

Contohnya, seperti mengalihkan anggaran belanja untuk kebutuhan perlindungan sosial, seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau bantuan sosial (bansos).

Yang tujuannya agar masyarakat dapat terbantu, dan beraktivitas seperti biasa serta konsumsi masyarakat dapat berjalan.

Baca juga: Pimpinan JPMorgan: Inflasi Tinggi Picu Kenaikan Suku Bunga Amerika Serikat di Atas 4,5 Persen

"Wajarlah ada ketakutan adanya imbas inflasi tinggi di Amerika Serikat akan berdampak kepada pertumbuhan Indonesia," ucap Ibrahim.

"Tetapi pemerintah yang juga pemangku kebijakan juga sudah mempersiapkan strategi adanya resesi. Kemungkinan besar Indonesia masih akan cukup kuat karena ditopang harga komoditas," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini