Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Hasil survey yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) IRI menunjukkan, sekitar 71 persen konsumen Uni Eropa (UE) telah mengubah kebiasaan belanja mereka.
Hal ini dilakukan untuk menjaga agar 'makanan tetap di atas meja' di tengah meningkatnya krisis biaya hidup di sana.
Dikutip dari Russia Today, Rabu (26/10/2022), menurut laporan tersebut, 'kelelahan inflasi' di wilayah tersebut telah menyebabkan 'perilaku mengatasi' yang tidak terlihat sejak1970-an dan 1980-an.
Mulai dari melewatkan makan, memangkas pengeluaran untuk makanan, membeli barang-barang preloved atau usang dan barang-barang dengan harga yang lebih murah.
Sekitar 58 persen terpaksa mengurangi kebutuhan pokok dan 35 persen telah memanfaatkan tabungan pribadi atau mengambil pinjaman untuk membayar tagihan.
"Jelas bahwa keinginan konsumen untuk berbelanja saat ini 'sedang menderita' dan kemungkinan akan memburuk – dengan adanya kenaikan harga lebih lanjut yang tajam mengingat biaya input yang tinggi dan harga energi yang bergejolak," kata Wakil Presiden Senior IRI Ananda Roy.
Baca juga: 18 Negara Uni Eropa Kini Berjuang Melawan Inflasi Dua Digit
Lebih dari setengah responden juga mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk mengurangi pemesanan makanan, sementara 47 persen mengatakan mereka akan membatasi kunjungan mereka ke restoran, bar dan kafe.
Roy menuturkan, inflasi yang diprediksi tidak mereda dalam waktu dekat, akan mendorong konsumen maupun pengecer beradaptasi dengan kenyataan baru.
Baca juga: Uni Eropa Bahas Batas Harga Gas di Tengah Krisis Energi
Badan statistik Eurostat melaporkan pekan lalu melaporkan pertumbuhan harga di UE melonjak ke rekor tertinggi baru yakni 10,9 persen secara tahunan pada September lalu.
Menurut Deloitte's Consumer Tracker, peningkatan ini terus didorong oleh biaya makanan, bahan bakar dan energi.
Baca juga: Terpuruk setelah Brexit, Ribuan Warga Demo Desak Inggris Kembali Masuk Uni Eropa
Akibatnya, kepercayaan konsumen di seluruh blok tetap mendekati rekor terendah, setelah turun untuk kuartal kelima berturut-turut pada kuartal ketiga tahun ini.