TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pehujung Oktober 2022, Senin (31/10/2022) diprediksi melanjutkan pelemahan.
Tercatat, pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (28/10/2022), IHSG ditutup melemah 35,72 poin atau 0,50 persen ke level 7.056,04.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, terbentuknya pola candlestick menyerupai hanging man pada Jumat lalu mengindikasikan bahwa IHSG masih rawan koreksi lanjutan pada perdagangan esok.
"Perhatikan support area di kisaran level psikologis 7.000-7.030 di Senin (31/10). Kondisi tersebut didukung sinyal overbought pada Stochastic RSI," tulisnya dalam risetnya yang dikutip dari Kontan.
Baca juga: IHSG Menguat 0,55 Persen Sepekan, Masih Betah di 7.000-an
Valdy memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support di 7.000 dan resistance 7.100.
IHSG masih dibayangi oleh nilai tukar rupiah yang masih tertahan di kisaran Rp 15.500 per dolar AS-Rp 15.600 per dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga acuan ECB sebesar 75 basis poin (bps) dan ekspektasi kenaikan serupa, 75 bps oleh Federal Reserve di 3 November 2022.
Dari dalam negeri, pelaku pasar mengantisipasi data inflasi Oktober 2022 yang diperkirakan mencapai 6% YoY. Hal ini menambah tekanan bagi BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan di November dan Desember 2022.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan juga memprediksi IHSG akan melemah. Secara teknikal, candlestick membentuk long black body dengan stochastic membentuk deadcross di area overbought mengindikasikan potensi pelemahan.
Pergerakan masih akan didorong musim rilis kinerja emiten kuartal ketiga 2022. Sementara di awal pekan investor akan mencermati beberapa data ekonomi yang akan di rilis dari China.
Dennies memperkirakan IHSG akan bergerak dengan support 1 di 7.014 dan resistance 1 pada 7.098 dan support 2 di 6.973 dan resistance 2 pada level 7.141.
Dennies menyarankan, beberapa saham yang dapat diperhatikan adalah BRPT, TKIM, dan PTBA. Sementara Valdy menyarankan investor untuk terlalu agresif dalam melakukan aksi beli.
"Dapat pertimbangkan speculative buy pada saham-saham dengan potensi technical rebound seperti UNVR, UNTR, ADRO, dan INCO, serta emiten dengan sinyal bullish yang cukup kuat, seperti AKRA dan AMRT," imbuh Valdy.(Sugeng Adji Soenarso/Kontan)