Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak turun pada perdagangan hari ini, Rabu (9/11/2022), di tengah kekhawatiran rebound kasus Covid-19 di China.
Dikutip dari Reuters, harga minyak berjangka Brent turun 44 sen, atau 0,5 persen, menjadi 94,92 dolar AS per barel pada pukul 04:54 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 53 sen, atau 0,6 persen, menjadi 88,38 dolar AS per barel.
Baca juga: Perkuat Hubungan Kedua Negara dan Lebih Untung, India Akan Terus Impor Minyak Mentah dari Rusia
Pekan lalu, pasar bahan bakar berpegang pada harapan bahwa China dapat melonggarkan pembatasan Covid-19, namun selama akhir pekan kemarin pejabat kesehatan China mengatakan mereka akan berpegang teguh pada pendekatan 'pembersihan dinamis' terhadap infeksi baru.
Kasus Covid-19 di Guangzhou dan kota-kota di China lainnya mengalami lonjakan, dengan pusat manufaktur global menjadi episentrum Covid terbaru di negara itu.
"Dengan narasi (pembukaan kembali China) yang didorong kembali, ditambah dengan peningkatan besar pada data inventaris AS, menyiratkan permintaan AS yang meredup, kru resesi kembali dengan kekuatan penuh pagi ini di Asia," kata Managing Partner di SPI Asset Manajemen Stephen Innes, dalam sebuah laporan.
Analis CMC Market Tina Teng mengatakan, meskipun pasokan terbatas di pasar bahan bakar, namun perlambatan permintaan China berdampak besar pada pasar berjangka minyak.
Dalam tanda bearish lainnya, data American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan bensin naik sekitar 2,6 juta barel.
Baca juga: Arab Saudi Diskon Harga Minyak untuk Masyarakat Asia saat Ekonomi Mengalami Perlambatan
Pasar bahan bakar juga sedang menunggu data inventaris resmi Amerika Serikat (AS) dari Administrasi Informasi Energi yang akan dirilis pada pukul 10:30 EST (15:30 GMT), untuk mengetahui pandangan lebih lanjut mengenai permintaan minyak di ekonomi terbesar dunia.
Sementara itu, kekhawatiran pasokan tetap karena larangan Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, atau OPEC+, telah memangkas produksi.
Uni Eropa melarang impor minyak mentah Rusia pada 5 Desember dan produk minyak Rusia pada 5 Februari, sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.